SAMPIT – Ratusan penghuni lokalisasi di tiga tempat di Kotim dikumpulkan di lokalisasi Pasir Putih, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, kemarin (29/10). Para pekerja seks komersial (PSK) itu diberikan sosialisasi terkait upaya pemerintah menutup lokalisasi dan memulangka para penjaja kenikmatan itu ke daerah asalnya.
Kepala Dinas Sosial Agus Tangkasiang menyampaikan bahwa saat ini di Kotim ada tiga lokalisasi, di antaranya di Pasir Putih Kilometer 12 Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, di Kecamatan Parenggean, dan di Kecamatan Mentaya Hulu. Tiga tempat lokalisasi tersebut akan ditutup pada akhir November ini. Para PSK akan dipulangkan ke daerah asalnya dengan diberi biaya dari kementerian dan Pemkab Kotim.
”Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menyukseskan program pemerintah pusat, membebaskan Indonesia dari lokalisasi pada 2019 mendatang. Sehingga setiap daerah diberi waktu untuk menutup dan memulangkan para PSK ke daerah asalnya,” jelas Agus, Minggu (29/10).
Pantauan Radar Sampit, rata-rata PSK tersebut masih berusia muda dengan paras wajah yang cantik dan rupawan. Mereka tampak malu-malu ketika wartawan mengarahkan kamera pada jejeran wanita penghibur tersebut. Sebagian menutupi wajahnya. Namun, mereka justru antusias ketika dapat kesempatan berfoto dengan Bupati Kotim Supian hadi.
Kotim merupakan kabupaten kedua setelah Sukamara yang melakukan penutupan terhadap lokalisasi di Kalteng. Kemungkinan setelah ini akan menyusul untuk daerah lainnya. Pada dasarnya Dinas Sosial hanya bertanggungjawab terhadap PSK-nya, sedang untuk yang lainnya disebut bukan kewenangan pihaknya.
”Biaya ekonomi produktif dari Kementerian Sosial akan diberikan via bank senilai Rp 5.050.000 untuk satu orang, jumlah tersebut sudah termasuk transportasi dan modal usaha,” ujarnya.
Dengan harapan para PSK tersebut tidak lagi kembali kepada pekerjaan semula mereka, dapat memulai hidup lebih baik dan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik pula terutama di kampung halaman mereka.
Para PSK di Kotim memang rata-rata dari luar daerah. Sehingga pemulangan dari Kotim untuk daerah Jawa Timur akan di pulangkan ke Surabaya, Jawa Tengah ke Semarang, Jawa Barat ke Bandung dan ke Jakarta. Pemulangan nantinya juga akan dikawal oleh tim dari Dinas Sosial.
”Jika ada yang dari Kotim sekalipun mereka tetap akan dikeluarkan dari lokalisasi dan diberikan biaya ekonomi produktif oleh pemerintah pusat,” terangnya.
Bahkan saat ini pihaknya juga sudah mengkoordinasikan jika memang setelah ditutup lokalisasi akan terbit lokalisasi terselubung di kos, barak dan lainnya pihaknya akan berupaya untuk melakukan pencegahan dengan melakukan razia dengan melibatkan Satpol PP, kepolisian, dan instansi lainnya.
AG, salah seorang PSK dari Jawa Tengah yang sudah berada di Kotim cukup lama menyatakan pasrah dan siap jika lokalisasi harus ditutup dan di pulang ke kampung halaman. Dengan dana bantuan dari pemerintah dirinya akan berupaya untuk membuka usaha yang lain di kampung halamannya.
”Alasan melakukan pekerjaan ini memang karena himpitan ekonomi, tapi jika akan ditutup dan dipulangkan, ya mau tidak mau saya harus pulang, dan membuka usaha dengan dana bantuan dari pemerintah,” ujarnya.
Meskipun tidak tahu pasti apakah akan bisa bertahan atau tidak, yang pasti menurut AG dirinya memiliki niat untuk berubah menjadi lebih baik dan diterima di tengah masyarakat. Kemungkinan momentum ini menjadi langkah awal untuk memperbaiki kehidupan.
”Siapa sih yang mau ada di tempat ini, dan siapa juga yang tidak mau berubah. Semogalah dengan hal ini membuat kehidupan kami menjadi lebih baik lagi,” pungkasnya. (dc/dwi)