SAMPIT-Ketua Komisi II DPRD Kotim, Rudianur merasa prihatin setelah mendengar rendahnya daya serap beras lokal, baik oleh masyarakat maupun oleh kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkup Pemkab Kotim. Menurutnya hal itulah yang harus dipikirkan pemerintah setempat, karena pemasaran hasil pertanian lokal tidak semudah yang dikira.
”Tentunya saya sangat prihatin, dan persoalannya apa, sehingga daya serap beras lokal itu masih rendah. Nah, hal ini perlu dikaji mendalam. Apakah rasanya atau kemasannya, atau harganya yang jadi masalah. Kami berharap agar produksi beras lokal ini, setidaknya bisa diserap secara maksimal oleh warga lokal dulu,”paparnya (5/11) kemarin.
Rudi mengakui, animo yang tinggi dari petani lokal untuk mencapai swasembada beras harus didukung. Salah satunya adalah membeli produk yang dihasilkan petani itu. Dirinya pun sudah menduga, persoalan petani lokal di Kotim yang krusial adalah pangsa pasar. Sehingga, meski pun petani dengan susah payah menghasilkan produk pangan yang berkualitas, namun masih belum ada jaminan harga dan pasar yang stabil.
Selain itu Rudi juga menegaskan, jangan sampai pola pikir masyarakat salah, yakni lebih bangga menggunakan dan membeli hasil pertanian dari daerah lain. Jika pola pikir itu terjadi, maka menurutnya sampai kapan pun petani di Kotim akan tetap kesulitan mencari pangsa pasar.
”Padahal saya melihat tidak ada beda dengan beras dari luar. Bahkan beras lokal kita ini lebih sehat alami, karena tidak ada campuran pemutih dan bahkan kimia segala macam. Tapi anehnya, justru yang alami ini tidak diminati,” pungkas Politikus Partai Golkar ini. (ang/gus)