SAMPIT – Pekerja seks komersial (PSK) di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) meminta pembekalan usaha pascapenutupan Lokalisasi Pal 12 Pasir Putih. Jika hanya diberikan sejumlah uang, tidak bisa untuk bekal hidup secara berkelanjutan.
”Kalau hanya diberikan bantuan berupa uang pemulangan dan biaya hidup yang tidak seberapa, belum tentu bisa menjamin. Banyak yang lebih memilih dibekali usaha, seperti warung,” kata Ketua RT 08 RW 03 Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Markaban, Senin (6/11).
Sekitar 180 pelacur yang masih bertahan. Mereka kebingungan pekerjaan jika dipulangkan. Sementara uang Rp 5 juta dari Pemkab Kotim tidak bisa digunakan untuk membuka usaha dalam menafkahi keluarganya.
Menurut Markaban, para PSK mayoritas tidak memiliki keahlian selain menjadi wanita penghibur.”Seperti yang mereka sampaikan, banyak yang tidak memiliki keahlian lain. Terutama yang tidak memiliki pendidikan dan ijazah. Zaman sekarang sulit mencari pekerja apabila tidak selesai sekolah minimal SMA,” ujarnya.
Rencana penutupan pada akhir November 2017 ini, kian membuat PSK kebingungan. Mereka berharap ada jalan keluar dari Pemkab Kotim.
”Jika tidak ada pilihan lain, mereka tetap akan bekerja seperti sekarang (PSK), di tempat lain. Mereka sebenarnya mendukung rencana pemerintah agar tidak ada lagi lokalisasi,” tutupnya. (mir/yit)