PANGKALAN BUN – Seorang bocah penderita gizi buruk (marasmus), Yani (6), meninggal dunia di ruang Sindur, Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Imanuddin (RSSI) Pangkalan Bun, Rabu (17/1). Bocah penderita gizi buruk itu sebelumnya sempat dirawat Relawan Kotawaringin Barat (Kobar).
Anggota Relawan Kobar Bucek (50) menuturkan, hampir setiap hari ia bersama rekannya, Indra Alvian, mengasuh Yani selama menjalani perawatan intensif di RSSI sejak 28 Desember 2017 lalu. Namun, perjuangan Yani berakhir tadi malam.
”Sempat kritis, sudah tidak bisa (ditolong) lagi karena ada darah keluar dari mulut. Pendarahan dari lambung,” ujar Bucek.
Anggota Relawan Kobar Sigit Dzakwan mengatakan, relawan telah membeli persiapan pemakaman, seperti pakaian pesta, sepatu, dan anting. ”Sebelum meninggal tiga hari lalu, dia sempat mencari ayah angkat. Dua hari yang lalu minta anting, namun belum sempat dibelikan,” tandasnya.
Sigit menuturkan, seorang anggota Relawan Kobar, Indra Alvian, sempat terpukul karena dari awal ikut merawat Yani hampir 24 jam. ”Indra sempat down, karena kehilangan Yani,” ujarnya.
Dia mengatakan, ayah angkat Yani, Antonius Ato (42), menghilang sejak dua minggu lalu. Malamnya sempat ketemu, namun saat pagi sudah menghilang. Kabarnya ayah angkat Yani sempat membawa koper dan sejumlah uang.
”Info terakhir, ayah angkatnya kerja di Sampit. Belum tahu mau dimakamkan di mana,” ujarnya.
Kasus gizi buruk belakangan ini jadi sorotan secara nasional. Sebanyak 61 anak penderita gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua, meninggal dunia. Pemerintah menetapkan kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk di wilayah itu. Kementerian Kesehatan mengirim 39 tenaga kesehatan untuk menangani kasus tersebut. (jok/ign)