SAMPIT – Anggota Komisi II DPRD Kotim Roy Lumban Gaol mendorong masyarakat mengelola dan menanam kembali lahan-lahan kosong. Terutama dengan tanaman pohon yang memiliki nilai ekonomis.
Hal itu merupakan bentuk dan upaya mengembalikan lahan kritis untuk menjadi daerah resapan. Apalagi saat ini sisa hutan di Kotim sudah kian memprihatinkan. Hutan cadangan kian menipis dan perlu sikap dan kebijakan untuk mereboisasi lahan kritis yang tersisa.
”Salah satunya mendorong semangat petani untuk menanam pohon di lahan kritis tersebut," kata Roy.
Saat ini, kondisi hutan terbagi dari hutan asli dan hutan tanpa pohon. Hutan kritis itu harus ditanam kembali. Caranya, masyarakat difasilitasi.
”Kami prihatin kondisi hutan yang jadi andalan resapan air kini banyak punah. Ini tentunya ke depan akan menyebabkan Kotim mudah dilanda banjir, tidak hanya di pedalaman, tetapi akhirnya akan menghampiri areal perkotaan, "kata politikus PAN tersebut.
Arus investasi di Kotim memang membawa konsekuensi lain. Gencarnya investor menanamkan modal dalam dua dekade terakhir, berimbas pada tergerusnya kawasan hutan yang kian menipis. Bahkan, di bawah angka ideal.
Kotim memiliki luas wilayah 16.496 km persegi. Dihuni 400.658 jiwa. Saat ini terancam tidak memiliki hutan cadangan. Sebab, yang tersisa hanya 25 persen dari total luasan hutan sebelumnya.
”Data kehutanan menyebutkan, secara persentase saja sisanya hanya sekitar 25 persen. Itu pun 10 persennya berupa kawasan hutan yang tidak ada pohonnya lagi (lahan kritis),” katanya.
Idealnya, lanjut Roy, kawasan hutan yang tersisa minimal 40 persen. Sedangkan 60 persennya digunakan untuk kawasan investasi kehutanan dan perkebunan, termasuk permukiman.
Kawasan hutan di Kotim sebenarnya masih ada sebesar 70 persen. Namun, dengan adanya pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit, sisanya sekarang tinggal 30 persen dari 1.554.456 hektare total luas wilayah Kotim. (ang/ign)