PANGKALAN BANTENG-Jarinah (59), tak menyangka teguran yang disampaikan pada tetangganya berbuah malapetaka. Hamdi, sang tetangga durjana itu diduga tersinggung dengan teguran tersebut, lantas menyerang dan melukainya, pada Kamis (5/4) pagi.
Warga RT 04, Desa Amin Jaya ini diserang dari belakang. Akibatnya fatal, Jarinah mendapat luka menganga di bagian kepala. Empat jahitan di bagian luar dan dalam harus diterima korban. Sementara Hamdi, hingga berita ini diturunkan tadi malam posisinya masih buron. Aparat Polsek Pangkalan Banteng masih melakukan pengejaran terhadap pelaku penganiayaan tersebut.
Dibincangi Radar Pangkalan Bun, Jarinah mengungkapkan pada mulanya ia menegur pelaku agar merapikan pelepah sawit yang berserakan dan masuk ke pekarangan rumahnya, dan mengenai tempat mencuci piring yang bersebelahan dengan dapur rumah pelaku. Namun ternyata, bukannya teguran itu dilaksanakan, pelaku malah tersinggung dengan teguran tersebut dan menyerangnya.
”Pelepah pohon sawit dia (Hamdi) kan berserakan, saya minta untuk dirapikan. Karena pelepah itu berserakan dan masuk ke pekarangan saya,”ujarnya, saat ditemui di ruang perawatan Puskesmas Karang Mulya.
Selepas menegur, korban penganiayaan berat ini mengaku tidak punya firasat apapun. Namun firasat itu salah, tanpa sempat menghindar ia tiba-tiba diserang dari belakang dan gancu yang dibawanya, setelah direbut pelaku. Korban pun sempat melawan dengan mencoba merangkul dan mendekap pelaku hingga akhirnya bergulat.
”Saya diserang dari belakang, gancu yang saya bawa direbut dan digunakan untuk menyerang kepala saya. Setelah itu saya pegang dan bergulat di tanah pekarangan rumah saya,”ungkap Jarinah.
Sementara itu, istri korban, Murti baru mengetahui suaminya diserang setelah penasaran sang suami tidak terdengar suaranya. Padahal sebelumnya sempat terdengar suara aktivitasnya ketika membersihkan pekarangan tersebut.
”Kok tiba-tiba sepi, saya tidak tahu kalau bapak (Jarinah) ini sedang bergulat dengan Hamdi. Waktu itu posisi saya sedang masak di dapur,”terangnya.
Tahu suaminya dalam bahaya, ia lantas berteriak minta tolong hingga warga berdatangan membantu memisah dan membantu korban berdiri.
”Saya langsung teriak minta tolong, waktu itu yang datang pertama cucu saya dan disusul para tetangga,”katanya.
Hal serupa juga diungkapkan Deni, cucu korban ini mengatakan bahwa penganiayaan itu terjadi di depan rumah pelaku. Saat membantu memisah keduanya, posisi sang kakek sedang bergelut di tanah. Saat itu darah segar sudah mengucur dan membasahi kepala serta wajahnya.
”Kakek kan mendatangi rumah Hamdi, dekat saja itu kan bersebelahan rumaha,”sebutnya.
Ia menambahkan, meski kondisinya saat itu sudah pucat karena luka berdarah di kepala, namun sang kakek tetap mencoba melawan dengan menjambak rambut pelaku.
“Saya lihat sudah pucat, langsung saya pisah. Waktu itu tidak terpikir untuk menangkap pelaku, yang penting saya selamatkan kakek dulu,”cetus Deni.
Sementara itu Kapolsek Pangkalan Banteng, Iptu Ancas Apta Nirbaya membenarkan kejadian tersebut. Dan sampai saat ini anggota polisi setempat masih melakukan pengejaran, pasalnya setelah melakukan dugaan tindak pidana penganiayaan itu, pelaku langsung kabur.
“Pelaku langsung kabur, dan saat ini masih kita telusuri,”tegasnya.
Ditambahkannya, gancu yang digunakan untuk menyerang korban adalah gancu milik korban sendiri, dan sudah dibawa pihaknya sebagai barang bukti.
Selanjutnya, petugas Unit Gawat Darurat (UGD) Puskesmas Karang Mulya, Sadikin mengatakan bahwa korban datang dengan kondisi kepala berdarah-darah.
”Lukanya tidak terlalu lebar, sekitar satu sentimeneter saja. Tapi cukup dalam, dan harus dijahit bagian luar dan dalam. Saat ini sedang kita pantau kondisinya. Selain masih mengeluhkan pusing, dia juga mengeluh di bagian rusuk kiri dan perutnya sakit,”pungkasnya. (sla/gus)