SAMPIT – Peristiwa pemboman sejumlah lokasi di Surabaya, diikuti rentetan hoax yang beredar secara berantai di media sosial. Hoax itu seolah menjadi teror yang membuat publik kian resah. Di sisi lain, ujaran kebencian di tengah duka juga merebak. Polisi menangkap sebagian di antaranya.
Radar Sampit mencatat sejumlah hoax yang beredar terkait aksi bom di Jawa Timur. Hoax itu berkaitan dengan bom yang disebut-sebut meledak di sejumlah lokasi lain, di luar titik yang sudah terkonfirmasi resmi.
Selain itu, pengamatan Radar Sampit, sejumlah pengguna media sosial juga berupaya menggiring opini bahwa peristiwa bom di Surabaya hanya settingan dan pengalihan isu. Sebagian di antaranya diciduk polisi karena dinilai membuat postingan yang meresahkan dan memancing rusuh di linimasa.
Di Palangka Raya, polisi mengamankan Brahmanty (42). Pemilik akun The-Wa Bram Glorious itu diciduk Sat Reskrim Polres Palangka Raya karena menulis postingan yang bersifat provokatif. Dia menantang pelaku teror beraksi di Palangka Raya.
Kencangnya informasi dan liarnya media sosial, membuat Bupati Kotim Supian Hadi meminta masyarakat Kotim agar menjaga suasana tetap kondusif. Warga diharapkan tak terpengaruh isu provokatif dan mengutamakan kedamaian daerah serta meningkatkan kewaspadaan.
”Masyarakat diharapkan jangan sampai turut menyebarkan informasi hal-hal yang dapat memengaruhi kondisi wilayah,” ujarnya, Senin (14/5).
Dia meminta semua pihak memberi ruang pada aparat berwenang menyelesaikan teror tersebut. Masyarakat bisa membantu dengan tidak terpengaruh isu menyesatkan dan tidak menyebarkan informasi yang tidak jelas kebenarannya.
”Jangan sampai menimbulkan opini dan saling adu argumen, terlebih di media sosial. Sebab, informasi akan mudah tersebar di media sosial, sehingga dapat memengaruhi masyarakat,” ujarnya.
Ketua DPRD Kotim Jhon Krisli meminta masyarakat tak mudah terprovokasi dengan ulah pelaku teror. Masyarakat jangan sampai membuat pernyataan yang mengandung kebencian di media sosial. Selain itu, aksi teror tersebut jangan dikaitkan dengan agama apa pun.
”Jangan dikait atau dihubungkan, karena saya berkeyakinan tidak ada agama yang mengajarkan perbuatan demikian. Semua agama mengajarkan kedamaian dan cinta kasih,” tegas politikus PDI Perjuangan itu.
Dia juga mengajak semua pemuka agama di Kotim turut mendoakan agar Indonesia dan Kotim tetap aman dan damai. Begitu juga dengan masyarakat, harus jadi masyarakat yang cerdas. Bisa memilah dan memilih informasi.
”Jangan sampai masyarakat termakan isu dan informasi yang menyesatkan. Sebab, di saat kondisi seperti ini, tidak menutup kemungkinan ada oknum yang memanfaatkan situasi,” tegasnya.
Pimpinan Pondok Pesantren Darul Aitam KH Yusuf Alhudromy juga mengimbau semua pihak agar tak mengaitkan masalah agama dalam teror bom di Indonesia. ”Isu yang tidak baik jangan disebarluarkan, apalagi mempercayainya. Saat ini sudah mulai memasuki Ramadan. Jaga suasana bulan suci ini,” katanya.
Sementara itu, Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kotim memberi peringatan keras kepada seluruh aparatur sipil negara (ASN). ASN diminta tak memperkeruh situasi keamanan pascateror bom di Tanah Air.
”Salah satu fungsi ASN adalah perekat dan pemersatu bangsa Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kalau ada ketemu ASN yang menyebarkan ujaran kebencian, silakan laporkan,” tegas Kepala BKD Kotim Alang Arianto.
Hal semacam itu, menurut Alang, harus ditangkal sedini mungkin. Jangan sampai ASN melanggar sumpah janji setia dan ketaatan kepada NKRI yang berdasar Pancasila dan Undang-Undang 1945 yang menjadi pedoman ASN selama ini.
Dia juga berharap ASN agar turut menangkal radikalisme. BKD Kotim tak akan segan memberikan sanksi tegas bila ada ASN yang menyebar ujaran kebencian, intoleransi, permusuhan, hingga perpecahan. ASN juga diminta untuk mengingatkan rekannya, sehingga potensi radikalisme di daerah dapat dihalau. (dc/ang/mir/oes/ign)