SAMPIT – Beberapa ulama di Sampit menegaskan agar menjadikan bulan Ramadan sebagai waktu uji dan evaluasi diri. Sebab itu, mereka meminta semua pihak tak menodai bulan suci umat Islam, apalagi dengan aksi teror yang dapat mencederai nilai Islam yang mulia.
Fakih Faraby, guru spiritual di Sampit mengatakan, tak dibenarkan melakukan perbuatan anarkis apa pun saat menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadan. Oleh karena itu, Dia mengingatkan umat Islam untuk menahan hawa nafsu dan tidak terprovokasi paham-paham radikal dan isu hoax.
”Bila seseorang meninggalkan maksiat secara total, meski dorongannya begitu kuat, ia akan mendapat pahala besar. Sebaliknya, bila seseorang menyempurnakan maksiatnya justru pada saat dorongannya lemah, ia akan mendapat dosa yang besar,” ujarnya Kamis (17/5).
Hal yang dikatakan Fakih bersumber dari hadits Nabi Muhammad SAW tentang tujuh orang yang dilindungi Allah SWT pada hari kiamat. Dalam Hadits Bukhari dan Muslim, kata dia, ada orang yang dirayu oleh wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan, tetapi ia berkata, ”Sesungguhnya aku takut kepada Allah”.
Dalam kasus ini, pendorong kemaksiatan begitu kuat. Sebab, wanita itu sendiri yang meminta. Terlebih lagi jika ia wanita yang mempunyai kedudukan dan kecantikan. Akan tetapi, lelaki tersebut meninggalkannya karena Allah.
”Begitu juga dengan aksi teror. Jangan sampai ada pengaruh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, karena hati dan pikiran dapat terpancing dengan paham-paham radikal, jika tak diproteksi dengan keimanan dan ketakwaan yang kuat,” lanjutnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Darul Aitam KH Yusuf Al Hudromy mengatakan, pihaknya mengutuk keras kebiadaban aksi teror yang terjadi di bebeapa daerah di Indonesia. Ia juga meminta seluruh umat muslim tak terpancing dengan fitnah yang ditimbulkan akibat peristiwa pilu tesebut.
”Selama bulan Ramadan, tingkatkan kewaspadaan batin dan pikiran. Bertawakkal dan pupuk keimanan kepada Allah SWT. Agama Islam mengajarkan kebajikan, bukan kebiadaban,” tegasnya.
Sebelumnya, Bupati Kotim Supian Hadi meminta masyarakat terlibat dalam memantau kondusifitas daerah. Dia menegaskan, tak ada tempat bagi teroris di Bumi Habaring Hurung.
”Tidak ada tempat untuk teroris. Kita harus bersama menghadapi ini,” katanya saat memberikan sambutan dalam apel siaga menyambut Ramadan.
Menurutnya, menjaga keamanan di masyarakat tak hanya tugas aparat kepolisian maupun TNI, namun semua elemen, termasuk dirinya sebagai bupati. Supian meminta pihak kecamatan, kelurahan hingga RW dan RT mendata warganya. Hal itu bukan maksud mencurigai.
”Bukan mencurigai, namun kita harus tahu siapa dan apa kegiatannya. Siapa saja boleh tinggal di Kotim, yang penting menjaga keamanan ketertiban dalam bermasyarakat,” katanya. (ron/ign)