SAMPIT – Kabupaten Kotawaringin Timur selama Mei terpantau aman dari bencana kebakaran hutan dan lahan. Tingginya curah hujan, membuat bencana musiman itu tidak terpantau. Sebaliknya, bencana banjir masih berpotensi mengancam, terutama wilayah dataran rendah.
”Saat ini belum ada kebakaran lahan yang terpantau,” kata M Yusuf, Kepala BPBD Kotim.
Menurut Yusuf, kondisi tahun ini hampir sama seperti tahun sebelumnya. Tahun lalu, selama Mei, tidak ada kebakaran lahan yang terjadi karena masih dipengaruhi curah hujan yang tinggi. Sebaliknya, sejumlah daerah Kotim dilanda bencana banjir.
Berdasarkan data BPBD Kotim, pada Mei 2017, terdapat sejumlah desa di Kotim yang dilanda banjir. Kondisi tersebut berlangsung sampai dengan awal Agustus 2017.
Kebakaran lahan baru terpantau pada September-Oktober. Tercatat ada 74 kali kebakaran hutan, lahan, dan kebun, dengan luasan terbakar berkisar 293,517 hektare. Luas lahan tersebut yang berhasil dipadamkan sekitar 76,0204 hektare.
BMKG Stasiun Haji Asan Sampit sebelumnya memprediksi, musim kemarau akan terjadi pada April hingga Juni mendatang. Meskipun saat ini sudah memasuki musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, potensi banjir masih bisa mengintai sejumlah wilayah di Kotim.
”Pada Juni masih ada potensi banjir, namun masih dalam kategori rendah. Potensi banjir itu bisa terjadi di daerah yang terletak pada Kecamatan Mentaya Hulu, Parenggean, Kotabesi, dan Mentaya Hilir Utara," kata Rahmat, prakirawan BMKG Bandara Haji Asan Sampit.
BMKG memprediksi kemarau tahun ini tidak separah tahun 2015 lalu, karena pertengahan 2018 ini iklim di Indonesia masih dipengaruhi La Nina lemah. Selain itu, meskipun daerah Kalimantan memasuki masa transisi ke musim kemarau, namun cuaca masih tidak jelas, karena secara umum Kalimantan termasuk dalam non zona musim.
”Kalimanan itu musim kemarau dan musin hujan tidak jelas. Biar pun musim kemarau, ada saja hujan karena kita memasuki daerah ekuatorial. Jadi di daerah ekuatorial pada saat musim kemarau di bumi belahan selatan tetap kita di wilayah tersebut tetap hujan,” katanya
Dia menjelaskan bisa dikatakan musim kemarau jika selama 30 hari berturut-turut itu curah hujan kurang dari 60 milimeter. ”Kita rata-rata di atas 100 milimeter dalam satu bulan. Jadi, kalau dalam satu bulan kurang dari 60 mm berarti sudah masuk musim kemarau,” jelasnya.. (rm-87/dc/ign)