Rasa sakit menjadi kenikmatan bagi pecinta seni merajah tubuh atau tato. Tak hanya itu, tato juga memiliki filosofi tersendiri bagi masing-masing pemiliknya.
JOKO HARDYONO, Radar Pangkalan Bun
TATO bagi sebagian orang merupakan dianggap lambang premanisme. Selalu dikonotasikan negatif. Demikian halnya di Kota Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat. Di daerah itu masih belum banyak pengguna tato.
Tapi tidak bagi, Arywanto Prassetyo (25) warga Kelurahan Baru, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat. Baginya tato merupakan sebuah catatan hidup. Setiap momentum penting dan bermakna akan menjadi bagian bukan hanya di dalam dirinya tetapi juga tergambar di bagian kulit tubuhnya.
Arywanto pertama kalinya mengenal tato pada akhir tahun 2015 silam. Ia belajar menjadi tukang tato dan menato tubuhnya di Yogyakarta. Baginya tato merupakan suatu bentuk ekspresi diri dengan karya yang bisa membuat hidupnya lebih berwarna.
”Makna setiap tato tergantung bagaimana setiap orang yang mengartikan tato tersebut," ujar Arywanto.
Kini ia memiliki studio tato permanen sendiri dengan nama di Jalan Pakunegara, Kelurahan Baru, Pangkalan Bun.
Perlengkapan yang disiapkan untuk merajah tubuh antara lain mesin tato, jarum sekali pakai, ink cup sekali pakai, plastik pelindung mesin, clip cord sekali pakai, power supply, tinta tato, disposible tip sekali pakai, green shoap, tisu dan clingwarp.
”Tato merupakan seni dan budaya Indonesia, di mana tato tertua yaitu terdapat di suku dayak pedalaman Kalimantan," imbuhnya.
Dalam seminggu ia bisa melayani 2 hingga 3 orang, untuk harganya bervariasi dari harga Rp 3. 500 hingga Rp 4.000 per 1 sentimeter.
Tato di Pangkalan Bun sendiri, semakin ke depan berkembangnya semakin baik dari segi desain kelengkapan dan perlengkapannya.
Awalnya ia pertama membuat tato ditubuhnya pun mendapat tentangan dari orangtuanya. Namun seiring waktu orangtuanya mendukung apa yang telah menjadi jalan hidupnya saat ini.
"Orangtua saya awalnya tidak mendukung saya menato, tapi lambat laun saya buktikan bahwa tato tidak seperti yang mereka pikirkan dan sekarang mereka sudah mulai membuka hatinya untuk pekerjaan saya di dunia tato," tandasnya.
Sedikit rasa sakit dan perih yang dirasakan setiap jarum tato menusuk menembus kulit. Rasa sakit dan perih tersebut terus berulang hingga tato selesai digambar. Bagian tubuh paling sakit ditato antara lain yakni wajah, kepala, siku, perut, tulang rusuk dan pada bagian kelamin.
”Tato yang paling bermakna di tubuh saya adalah tato tulisan Tugiman, itu nama ayah saya, ia adalah seorang pejuang bagi keluarganya ayah saya adalah seorang pemimpin yang tak kenal lelah mencari nafkah bagi keluarganya. Ayah saya adalah seorang idola di hidup saya," terangnya.
Saat ini cara menghapus tato permanen yang efektif hanya menggunakan laser dan rasanya bisa tiga kali lipat lebih sakit dan perih dibandingkan dengan membuat tato. Kendati demikian menggunakan laser lebih bersih tanpa meninggalkan bekas luka, namun harus melalui 4 hingga 5 tahap untuk dilaser.(***/oes)