SAMPIT – Selama satu bulan lebih Kabupaten Kotim dilanda kekeringan. Hal itu berdampak pada lahan pertanian padi di wilayah selatan. Alhasil, banyak petani menganggur menunggu masa tanam.
”Secara umum, dampak dari kemarau itu tidak mengganggu produktivitas. Hanya saja, petani terpaksa menganggur karena masa tanam akan dilaksanakan Oktober-Maret atau biasa disebut masa tanam Okmar,” kata Kepala Dinas Pertanian Kotim I Made Dikantara melalui Kepala Bidang Tanaman Pangan Rintar MP Siahaan saat ditemui diruang kerjanya, Senin (20/8).
Rintar menegaskan, masa tanam Okmar lebih menjanjikan hasil produksi beras dibanding masa tanam April-September (Asep). Alasannya, Okmar sudah memasuki musim penghujan.
”September nanti diprediksi hujan walaupun di bawah normal dan Oktober sudah hujan lebat, sehingga banyak petani lebih memilih bercocok tanam pada Oktober nanti karena hasil produksi padi lebih besar di bulan tersebut,” kata Rintar.
Terpisah, Haidir, salah seorang petani padi Desa Lempuyang, Kecamatan Teluk Sampit, membenarkan bahwa di desa itu para petani sudah banyak tidak bekerja alias menganggur.
”Sawah digarap sekarang sangat susah karena tanahnya keras. Jadi, kami harus menunggu adanya turun hujan setidaknya pada Oktober nanti,” ujarnya.
Dia menambahkan, saat ini sawah banyak mengalami kekeringan dan air di anak sungai juga kering. Hal itulah yang membuat petani mengurungkan niatnya menggarap sawah.
”Kalau saya pribadi, apabila tidak menggarap sawah, ya cari ikan di parit atau anak sungai,” pungkasnya. (fin/ign)