PARADE Tari Nusantara sudah 37 kali digelar. Sebelum itu, provinsi di Kalimantan belum pernah menjadi juara. Namun, lewat tariankhas suku Dayak Maanyan, Kalimantan Tengah akhirnya mencatatkan diri menjadi yang terbaik.
USAY NOR RAHMAD, Sampit
PUBLIK di Taman Mini Indonesia Indah tercengang sesaat. Lalu pecah. Berganti tepuk ribuan pasang tangan di Gedung Sasono Langen Budoyo, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Minggu (19/8) malam.
Tak terkecuali Wiwik Sipala, Eko PC, dan Uti. Ketiga orang penggiat seni tari nasional ini dipercaya menjadi dewan juri pada malam itu.
Riuh tepuk tangan terus berlanjut. Seakan tak ingin berhenti. Tanda kegaguman akan penampilan tari tradisional yang baru saja ditampilkan.
Suasana itu terjadi setelah penari Kalimantan Tengah, yang sebagian besar diwakili penari dari Kabupaten Kotawaringin Timur, menyelesaikan tugasnya membawakan tari hyang dadas. Tarian khas Suku Dayak Maanyan, di Daerah Aliran Sungai Barito.
Hyang dadas artinya doa penyembuh. Tari ini terinspirasi dari ritual pengobatan yang dilakukan wadian dadas ipu (tabib laki-laki mirip perempuan).
Penari bergelang tembaga menari mengitari tihang panangkur (tempat sesembahan) hingga berujung kesurupan. Irama gelang tembaga yang digunakan penari dianggap bagai mantra sebagai doa penyembuhan.
”Tarian ini sangat menantang. Apalagi irama gelang harus sesuai dengan bunyi musik pengiring,” kata Kepala Rombongan Penari Tradisional Kalteng Dody Eka. Dody Eka juga ambil peran dalam tari nan sakral itu. Dialah yang berperan sebagai wadian (tabib).
Banyak alasan mengapa tim tari Kalteng membawakan hyang dadas. Salah satunya ingin membawakan budaya yang kini berkembang dan mampu mewakilkan Kalteng.
”Selain itu, lombanya juga bertema ritual. Lain kali bila ada kesempatan kami akan coba bawa tari pesisir,” ujarnya.
Harapan Kalteng meraih juara tari ini memang cukup besar. Sudah berpuluh-puluh tahun lalu mimpi itu terus berlanjut. Kini, tidur itu terbangun dan mimpi itu jadi nyata. Kalteng mampu menjadi provinsi di Kalimantan yang pertama menjadi juara. Tak tanggung-tanggung , juara umum.
Menjadi juara bukan perkara mudah. Saingannya berat. Sebanyak 28 provinsi yang berjuang untuk menjadi yang terbaik se-Indonesia. Apalagi bila menimbang Aceh, Jogjakarta, Bali, Jawa Timur, dan provinsi-provinsi lainnya sudah paling terkenal bila bicara soal seni.
Tahun lalu, Parade tari Nusantara dijuarai tim tari asal Nusa Tenggara Timur . Mereka juga merebut 11 nominasi sekaligus keluar sebagai juara umum.
Juara umum diraih Kalteng setelah memperoleh gelar terbaik di 7 nominasi. Yakni penyaji wilayah, penata tari unggulan, penata tari terbaik, penata musik unggulan, penata rias busana unggulan, penata rias busana terbaik, 13 penyaji unggulan dan juara yel-yel.
Meraih mimpi ini bukan semudah membalikkan telapak tangan. Tim tari Kalteng harus berlatih ekstra. Bahkan hingga harus berlatih secara nomaden, alias berpindah-pindah tempat dari Sanggar Tari di Jalan Achmad Yani, Sampit, pindah ke Gedung Komite Nasional Pemuda Indonesia Yos Sudarso, Sampit.
Sebab, bangunan sanggar tari yang biasa digunakan masih dalam masa perbaikan. Selama masa persiapan dua bulan, seluruh tim berlatih dua kali setiap hari; pagi dan malam.
Ada kisah menyedihkan bagi kalangan tim penari berprestasi ini. Untuk berangkat ke Jakarta, tim terpaksa harus gotong royong. Sebanyak 20 orang harus urunan dana agar bisa tampil berkompetisi di ajang yang prestesius bagi pencinta tari itu.
Dody mengaku sedih atas kondisi ini. Untungnya, Dinas Pariwisata Kalteng memfasilitasi secara administrasi dan surat-menyurat pendaftaran. Termasuk dalam hal mengurus penginapan di Anjungan Kalteng.
Tim tari tak lantas menyayangkan minimnya perhatian pihak terkait. Apalagi ini sudah terbalas dengan prestasi membanggakan yang mereka raih di Parade Tari Nusantara.
”Ke depannya mohon perhatian dan pembinaan yang serius terhadap seniman yang ada di Kalteng. Jangan sampai seniman-seniman hebat hilang,” harap pria yang juga melatih tari di salah satu sanggar tari di Sampit ini.
Tim juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Kalteng. Apabila dalam penyajian karya yang menyangkut kebudayaan suku dayak di Kalteng, terdapat kekurangan.
”Niat kami tulus hanya ingin memberikan yang terbaik untuk nama Kalteng lewat karya ini,” pungkasnya.
Dalam waktu dekat, tim tari akan menggelar arak-arakan di Kota Sampit. Ini dimaksud agar masyarakat tahu, bahwa bidang seni mampu membawa Kalteng pada prestasi membanggakan. (***/ign)