SAMPIT- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) mengantisipasi meningkatnya penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat kabut asap dengan menyiapkan 137 ribu lembar masker. Warga diminta waspada, karena kabut asap masih pekat, terutama menjelang malam hingga pagi.
”Masker sudah siap sebanyak 137 ribu lembar. Namun, akan dibagikan apabila indeks standar pencemaran udara (ISPU) melewati ambang yang dinyatakan sudah tidak sehat. Biasanya di atas 100 dan dikoordinasikan dengan SOPD terkait,” kata Faisal Novendra Cahyanto, Kepala Dinas Kesehatan Kotim, Jumat (24/8).
Pantauan kualitas udara dari laman iku.menlhk.go.id, kualitas udara di Kota Sampit masih buruk pada angka ISPU 68 atau masuk kategori sedang. Meski demikian, angka itu lebih baik dibanding sehari sebelumnya yang mencatat angka ISPU 86.
Faisal menuturkan, pasien yang mengidap ISPA masih fluktuatif. Belum ada tren peningkatan. ”Biasanya akan meningkat ketika ISPU di atas angka 100,” katanya.
Faisal mengimbau warga Kotim, agar menghindari aktivitas di luar rumah maupun tempat terbuka. Apabila terpaksa, sebaiknya menggunakan masker. Untuk penderita penyakit pernapasan dan jantung, disarankan menyiapkan obat rutin dan mengenakan masker.
”Jika ada keluhan kesehatan terkait asap, segera periksakan ke sarana pelayanan kesehatan atau dokter terdekat. Konsumsi air yang cukup, sayuran, dan buah-buahan,” katanya.
Asap di Kotim tidak hanya terjadi di Kota Sampit saja, namun juga di wilayah selatan. Seperti Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Pulau Hanaut, dan Kecamatan Teluk Sampit.
Kendati tak mengganggu jarak pandang, sebagian masyarakat sudah mengalami gangguan pernapasan. Asap tercium sudah sangat menyengat. Bau asap tercium sejak malam dan berangsur hilang pada pagi hari, sekitar pukul 08.30.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandara H Asan Sampit Nur Setiawan sebelumnya mengatakan, potensi terjadinya hujan di Kotim masih kecil. Meski hujan, sifatnya lokal dengan intensitas ringan, sehingga tak akan mampu menghalau kebakaran lahan.
”Seminggu ke depan potensi hujan masih kecil. Misalkan terjadi hujan, sifatnya lokal saja,” kata Nur Setiawan.
Menurutnya, asap masih berpotensi semakin pekat, karena masih ada titik panas yang terpantau. Keberadaan asap, lanjutnya, menghambat terbentuknya pembentukan awan hujan, sehingga potensi hujan semakin minim.
Musim kemarau diperkirakan akan berakhir pada akhir September hingga awal Oktober. Kemarau akan berpengaruh pada kondisi di beberapa wilayah di Kotim yang mengalami kekeringan. (hgn/ign)