SAMPIT – Kepala Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Kotawaringin Timur Rihel mengatakan, untuk beberapa waktu ke depan, Kotim bisa bebas dari titik panas. Hal itu berdasarkan laporan yang dia terima dari petugas lapangan.
Meski begitu, kata Rihel, personel Pos Komando (Posko) penanggulangan bencana kebakaran tetap disiagakan untuk mengantisipasi bila terjadi kemungkinan yang tak disangka. Meski titik panas akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah berhasil dihilangkan, amukan api karena faktor lain bisa saja terjadi.
”Misalnya ada rumah terbakar dan sebagainya selain Karhutla, itu kan bisa saja terjadi. Untuk mengantisipasi hal itu, kami siaga penuh setiap hari,” ujarnya, Jumat (21/9).
Berdasarkan catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara H Asan Sampit yang diberikan Rihel, sejak 16 Juni 2018 lalu, sudah 514 titik panas berhasil dipadamkan petugas. Namun, selama beberapa hari belakangan, belum ditemui titik panas.
Petugas bagian pemetaan pada Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Zulian Firdaus mengatakan, minimnya titik panas disebabkan beberapa faktor, salah satunya curah hujan yang tinggi dan kesigapan petugas patroli.
”Dalam beberapa hari, bahkan sepekan belakangan ini curah hujan tinggi. Meskipun tidak setiap hari, itu cukup untuk mengamankan Kotim dari kebakaran. Di sisi lain, petugas juga tiap hari patroli di bekas titik kebakaran untuk mengantisipasi jika ada kobaran api susulan,” katanya.
Sementara itu, berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandara Haji Asan Sampit, titik panas memang terpantau nihil. Namun, secara keseluruhan sejak Juli, terdata 534 titik panas di seluruh wilayah Kotim.
Kepala BMKG Kotim Nur Setiawan mengatakan, pantauan titik panas terjadi puncaknya pada Agustus lalu. Kebakaran tak hanya di wilayah selatan, namun juga mencapai dalam kota dan sebagian wilayah utara. Sebaran titik panas cukup merata di beberapa wilayah kecamatan.
”Saat ini masih dalam kondisi kemarau, namun hujan tetap terus terjadi dengan intensitas rendah 10-20 mm per hari,” jelas Nur.
Dampak dari turunnya hujan cukup ampuh membuat kondisi wilayah aman dari ancaman kebakaran, sehingga yang tadinya dalam katagori kuning, masuk kategori hijau. Itu membuat tingkat kerawanan kebakaran cukup rendah.
Dalam sepekan ke depan, hampir seluruh kecamatan di pagi hari berada dalam keadaan cerah, namun dari siang hingga malam hari kembali berawa. Bahkan, di beberapa kecamatan berpotensi hujan. Untuk itu, kondisi ini tentunya dapat membuat lahan bertambah basah, sehingga tidak berpotensi besar terbakar.
”Kondisi kemarau ini akan terjadi hingga bulan depan. Meskipun demikian, hujan akan tetap terjadi di beberapa daerah, sehingga kemungkinan kebakaran sangat kecil terjadi, kecuali jika dilakukan secara sengaja,” pungkasnya. (ron/dc/ign)