SAMPIT – Wakil Bupati Kotawaringin Timur Taufiq Mukri mengaku pernah merokok sewaktu SMP. Dirinya sering membawa bekal rokok untuk menghilangkan rasa dingin dan mengusir nyamuk saat kerja ke hutan.
”Bila tidak merokok, rasanya kurang enak,” kata Taufiq saat memberikan sambutan dalam Seminar Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 2018 dengan tema Rokok dan Problematika Masyarakat yang digelar Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur di Gedung Serbaguna Sampit, Kamis (8/11).
Setelah melanjutkan pendidikan dan tidak lagi di hutan, dia akhirnya berhenti merokok. Alasannya, bau rokok kurang enak, dan mengganggu kesehatan.
”Memang kalau setelah merokok ada rasa kepuasan, cuma kepuasannya hanya sebentar. Lebih baik kepuasan yang sesaat itu kita tinggalkan, demi kesehatan kita semua,” kata Taufik di hadapan peserta seminar yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, dan paramedis.
Taufiq Mukri berharap seminar dapat menjadi motivasi untuk melakukan inovasi dan perlindungan masyarakat dari dampak buruk asap rokok.
Menurutnya, Pemkab Kotim sudah menetapkan beberapa kawasan yang steril dari rokok. Seperti kawasan patung Jelawat, kawasan rumah sakit, dan kawasan taman kota.
Taufiq Mukri mengungkapkan, kebanyakan anak usia 10-18 tahun yang pada awalnya hanya coba-coba, menjadi kecanduan rokok. Reklame-reklame tentang antirokok juga terkesan sia-sia. “Reklame itu hanya sebagai gambar yang lewat saja, tidak mendapatkan perhatian khusus masyarakat luas. Mereka tetap merokok,” ujarnya.
Dirinya juga akan memerintahkan satuan organisasi perangkat daerah (SOPD) untuk menyediakan kawasan khusus untuk para perokok sehingga tidak mengganggu orang di sekitarnya yang tidak merokok. (rm-96/yit)