PANGKALAN BANTENG – Intensitas hujan yang mulai meningkat di awal bulan Desember ini mulai berdampak. Sejumlah kawasan di Kabupaten Kobar mulai dilanda banjir. Setelah kawasan pertanian di Desa Marga Mulya, warga Dusun Sapta Jaya, Desa Sungai Hijau dan Desa Arga Mulya Kecamatan Pangkalan Banteng nyaris terisolir akibat jalan poros utama tak bisa dilalui. Luapan sungai yang mengalir di dua kawasan itu menjadi penyebabnya, Kamis (6/12).
Di Dusun Sapta Jaya, Desa Sungai Hijau, tiga titik genangan dengan ketinggian minimal satu meter membuat jalur poros dusun yang ingin mekar dari desa induk itu tak bisa dilalui. Tak hanya itu jalan alternatif yang menuju desa tetangga juga tak bisa dilalui akibat luapan sungai yang membelah kawasan tersebut.
Pretiyapriani, warga Dusun Sapta Jaya mengungkapkan bahwa air mulai naik dan menggenangi jalan utama masuk kampung diperkirakan selepas tengah malam. Dan langsung meningkat drastis menjelang pagi hari.
“Di jalan poros desa yang melewati kebun PTPN itu jangankan motor, mobil saja sudha tidak bisa lewat. Luapan air terus meninggi, arus air juga makin kuat di jalur sungai yang melintasi kampung kami,” ujarnya.
Tingginya luapan membuat jembatan tidak tampak lagi. Menurutnya dititik itu (jembatan) ketinggian air bisa lebih dari dua meter. “Saya tidak tahu apakah jembatan yang di atas sungai itu masih ada atau tidak. Arus air cukup kuat. Sedangkan pengaman jembatan sudah tidak ada,” katanya.
Akibat kejadian itu ia terpaksa harus izin tidak masuk kerja di kantornya yang berada di kawasan Desa Karang Mulya. “Tadi untuk anak-anak yang sekolah di luar kampung terpaksa diantar orangtuanya. Mereka dicarikan jalur memutar melalui kebun karet dan sawit. Mereka tetap harus sekolah karena hari ini ujian semester,” terangnya.
Hal serupa juga di katakana Anang Sani, tiga titik genangan air di jalan poros utama dusunya mulai terjadi sejak di tikungan jalan didekat rumah pak Nandes, kemudian dijalan yang melintasi kebun milik pak Leksi dan puncaknya di sungai dekat gerbang masuk kampung.
“Tikungan pertama sudah ada genangan, kemudian di tikungan kebun sawit dan menyambung lagi di sungai yang ada jembatan itu. Kita tidak tahu kapan surutnya, biasanya sore hari baru mulai berkurang. Namun kita tidak bisa jamin bila sore atau malam nanti turun hujan lagi, bukannya surut air bisa makin meninggi,” katanya.
Menurutnya meski sampai saat ini belum ada rumah warga yang terendam, namun putusnya akses jalan akibat genangan air akan cukup menyulitkan warga untuk beraktivitas. “Tidak hanya yang ke kebun, namun yang bekerja di sektor lain juga akan kesulitan, tidak ada jalan lain untuk melintas jika tanpa ada bantuan perahu karet atau sejenisnya,” terang tokoh masyarakat Dusun Sapta Jaya ini.
Kondisi nyaris serupa juga dialami desa Arga Mulya, ada tiga sungai yang melintasi desa tersebut. Sungai Cincin, Sungai Pakit, dan Sungai Kuning, sungai-sungai tersebut kompak memuntahkan airnya ke daratan.
“Tiga sungai yang mengalir di wilayah desa kami semuanya meluap. Jalan utama keluar desa tidak bisa dilalui, jalur tembus alternatif melalui Desa Sungai Kuning juga kebanjiran. Satu-satunya jalur hanya lewat Desa Kebun Agung meski harus memutar jauh melalui kebun karet,” kata Reno Krisdianto, Kades Arga Mulya.
Luapan sungai juga terjadi di wilayah Kecamatan Arut Utara. Sejumlah titik di Kelurahan Pangkut kini mulai terendam air luapan sungai Arut.
Lurah Pangkut Thomas Nasir mengatakan, banjir telah terjadi sejak hari Rabu (5/12) pagi. Luapan sungai Arut terus meluas sehingga banyak rumah warga yang terendam air.
“Terjadinya banjir di Pangkut ini karena tingginya intensitas curah hujan beberapa hari ini dan mengakibatkan meluapnya sungai Arut. Sehingga warga yang tinggal di bantaran sungai mulai mengosongkan rumahnya, karena terendam banjir,” kata Thomas Nasir.
Menurut Thomas, hujan yang turun hampir tiap hari membuat debit air di salah satu sungai terbesar di Aruta itu meningkat drastic, hingga Kamis (6/12) siang, ketinggian air luapan sudah mencapai 60 centimeter.
“Rata-rata ketinggian air 60 centimeter. Ada juga yang sudah sepinggang orang dewasa,” ujarnya.
Total ada tiga RT di Kelurahan Pangkut yang terendam banjir. Ratusan kepala keluarga di RT 1, 2, dan 3 mulai meninggalkan rumah untuk mengungsi di tempat yang lebih tinggi.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kobar Petrus Rinda membenarkan telah terjadi banjir di beberapa desa yang ada di Kecamatan Arut Utara dan Pangkalan Banteng.
Untuk di Kecamatan Arut Utara tambah Petrus banjir terjadi di RT 1 Kelurahan Pangkut, dimana ketinggian air di beberapa titik 60 cm dan di jalan lingkungan 50 centimeter dan jalan lingkungan RT 1 pun tergenang sekitar 20-30 centimeter.
“Kecamatan Aruta itu ada banjir juga di Desa Nanga Mua, ketinggian air mencapai 20 - 40 centimeter dan terdampak fasilitas umum seperti jalan lingkungan desa,” ujar Petrus.
“Kendala yang kami hadapi adalah jarak yang cukup jauh serta sulitnya komunikasi sehingga menghambat pemantauan di desa dan kecamatan terdampak banjir,” katanya. (rin/sla)