PALANGKA RAYA – Penyaluran LPG subsidi atau tiga kilogram di beberapa daerah terus diawasi. Ini menyusul mogok kerja pegawai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di Kota Palangka Raya.
Mogok kerja yang terjadi sejak 1 Januari, membuat stok LPG sebanyak 30 truk tidak bisa disalurkan ke sejumlah agen dan pangkalan. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak terhadap kenaikan harga PLG tiga kilogram tersebut karena minimnya pasokan, sementara permintaan selalu berdatangan.
Kepala Seksi Energi dan Air Tanah Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aditya Diadman mengatakan, selama mogok kerja, ada sekitar 30 loading order (LO) dengan 30 armada. Masing-masing armada diperkirakan berisi sekitar 500 tabung LPG tiga kilogram yang tidak tersalurkan.
”Infonya itu (mogok kerja, Red) karena masalah gaji. Sekarang pihak SPBG sedang melakukan mediasi dengan pekerja, namun kami akan melakukan pengawasan guna mengantisipasi kenaikan harga,” katanya, saat rilis Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), Kamis (3/1).
Saat ini, lanjutnya, dampak dari aksi mogok kerja masih belum terasa di beberapa daerah, meski di satu sisi sebanyak 30 truk LPG tiga kilogram tidak bisa disalurkan. Hal ini dikarenakan sejak Desember 2018 sudah disalurkan ekstra kuota sebanyak 46.460 tabung dari PT Pertamina.
”Jadi, artinya untuk saat ini masih ada stok di beberapa pangkalan dan agen untuk memenuhi permintaan. Meski begitu, ekstra kuota ini diperkirakan hanya bertahan paling lama lima hari, sehingga ke depan harus ada antisipasi kenaikan harga,” ucapnya.
Apabila 30 truk LPG belum juga disalurkan sampai dengan lima hari ke depan, dikhawatirkan akan terjadi kelangkaan dan kenaikan harga. Tak hanya itu, sejumlah kabupaten seperti Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, dan yang pastinya Kota Palangka Raya akan merasakan dampak yang cukup berarti.
”Karena SPBG yang di Palangka Raya ini juga melayani ke sejumlah kabupaten. Ya, kalau masih terus terjadi mogok kerja maka dampaknya akan sangat terasa, khususnya daerah yang menjadi target penyaluran,” ucapnya.
Saat ini, lanjutnya, PT Pertamina sudah mendatangkan bantuan tenaga kerja dari luar untuk membantu aktivitas di SPBG. Namun, diharapkan persoalan tersebut secepatnya diselesaikan agar stok LPG secepatnya disalurkan. Jangan sampai permasalahan ini membuat harga bergejolak, terutama bahan bakar bersudsidi.
”Kami berharap ini segera selesai dan tidak ada lagi aksi mogok kerja. Karena kami tahu sendiri LPG tiga kilogram ini banyak yang memerlukan,” tandasnya. (sho/ign)