SAMPIT – Salah satu sekolah negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), yang memfasilitasi belajar mengajar pengidap disabilitas yakni Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 2 Sampit. Namun, sekolah yang terdiri dari jenjang pendidikan TK, SD, SMP dan SMA ini masih memerlukan tambahan tenaga pengajar.
Salah satu guru pengajar di sekolah ini, yakni Muspidah memaparkan sekolah luar biasa ini hanya memiliki tenaga pengajar sebanyak 5 orang, dan 1 orang tata usaha, dan 1 kepala sekolah. Sementara murid keseluruhan yang aktif terdaftar, sebanyak 31 orang terdiri dari TK hingga SMA. Selain itu ada beberapa anak yang belum aktif terdaftar karena terkendala berkas yang belum lengkap.
Menurutnya, yang ideal pembelajaran di sekolah ini, yakni untuk 5 murid harus ditangani 1 orang pengajar di setiap jenjang kelasnya.
”Tapi ini ada 1 guru harus menguasai dan menangani dari kelas 1 sampai 6 SD. Jadi bergantian mengajarnya. Di sini juga ada dua guru yang masih muda, dan baru melanjutkan kuliah juga”, ungkapnya saat dibincangi koran ini, Selasa (19/2).
Muspidah menilai, kurangnya tenaga guru di SLB tersebut mungkin juga dikarenakan jumlah murid yang tidak tetap, bahkan terkadang ada yang mau masuk dan tidak. Terlebih lagi bila kondisi sedang hujan terus menerus, biasanya anak-anak tidak turun ke sekolah. Selain itu ada juga yang kendala orangtuanya tidak memiliki kendaraan untuk mengantar anak mereka ke sekolah.
Selanjutnya dipaparkan Kepala SLBN 2 Sampit, Sokimun bahwa bagi guru yang siap mau mengabdi di sekolah ini, harus berusaha belajar semua mata pelajaran dan mau belajar untuk menguasai semua materi di jenjang pendidikan. Hal itu karena terkadang ada kelas yang harus digabung, misalnya kelas 1-6 SD.
”Bahkan ada beberapa guru yang masih honorer di sini, seperti yang masih muda-muda, dan yang terpenting ikhlas mengabdi untuk mereka di sini,” cetusnya.
Sokimun menambahkan, anak-anak didik mereka, meskipun berbeda dengan murid di sekolah lainnya, ia dan guru-guru lain selalu mengajari sikap yang baik. Terutama pendidikan karakter selalu ditanamkan kepada anak-anak didik mereka.
”Mereka memang beda, tapi pelajaran sopan santun dan berusaha berlatih mandiri selalu kita ajarkan di sini, terus menerus. Selain itu, didukung juga dengan pendidikan dari keluarganya di rumah,” pungkasnya. (rm-97/gus).
DINTYA AYU PURIKA/RADAR SAMPIT
PENGABDIAN: Para Guru di SLBN 2 Sampit, yang harus menguasai pelajaran dari semua tingkatan, serta harus mengajar beberapa kelas di sekolah tersebut, Selasa (19/2).
SLBN 2 Sampit Perlu Tambahan Tenaga Pengajar
Utamakan Pendidikan Karakter Bagi Murid (sub)
SAMPIT – Salah satu sekolah negeri di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), yang memfasilitasi belajar mengajar pengidap disabilitas yakni Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 2 Sampit. Namun, sekolah yang terdiri dari jenjang pendidikan TK, SD, SMP dan SMA ini masih memerlukan tambahan tenaga pengajar.
Salah satu guru pengajar di sekolah ini, yakni Muspidah memaparkan sekolah luar biasa ini hanya memiliki tenaga pengajar sebanyak 5 orang, dan 1 orang tata usaha, dan 1 kepala sekolah. Sementara murid keseluruhan yang aktif terdaftar, sebanyak 31 orang terdiri dari TK hingga SMA. Selain itu ada beberapa anak yang belum aktif terdaftar karena terkendala berkas yang belum lengkap.
Menurutnya, yang ideal pembelajaran di sekolah ini, yakni untuk 5 murid harus ditangani 1 orang pengajar di setiap jenjang kelasnya.
”Tapi ini ada 1 guru harus menguasai dan menangani dari kelas 1 sampai 6 SD. Jadi bergantian mengajarnya. Di sini juga ada dua guru yang masih muda, dan baru melanjutkan kuliah juga”, ungkapnya saat dibincangi koran ini, Selasa (19/2).
Muspidah menilai, kurangnya tenaga guru di SLB tersebut mungkin juga dikarenakan jumlah murid yang tidak tetap, bahkan terkadang ada yang mau masuk dan tidak. Terlebih lagi bila kondisi sedang hujan terus menerus, biasanya anak-anak tidak turun ke sekolah. Selain itu ada juga yang kendala orangtuanya tidak memiliki kendaraan untuk mengantar anak mereka ke sekolah.
Selanjutnya dipaparkan Kepala SLBN 2 Sampit, Sokimun bahwa bagi guru yang siap mau mengabdi di sekolah ini, harus berusaha belajar semua mata pelajaran dan mau belajar untuk menguasai semua materi di jenjang pendidikan. Hal itu karena terkadang ada kelas yang harus digabung, misalnya kelas 1-6 SD.
”Bahkan ada beberapa guru yang masih honorer di sini, seperti yang masih muda-muda, dan yang terpenting ikhlas mengabdi untuk mereka di sini,” cetusnya.
Sokimun menambahkan, anak-anak didik mereka, meskipun berbeda dengan murid di sekolah lainnya, ia dan guru-guru lain selalu mengajari sikap yang baik. Terutama pendidikan karakter selalu ditanamkan kepada anak-anak didik mereka.
”Mereka memang beda, tapi pelajaran sopan santun dan berusaha berlatih mandiri selalu kita ajarkan di sini, terus menerus. Selain itu, didukung juga dengan pendidikan dari keluarganya di rumah,” pungkasnya. (rm-97/gus).