SAMPIT –Dinas Pendidikan Kabupaten Kotawaringin Timur akan mengusulkan rekrutmen guru tenaga kontrak di desa terpencil. Hal itu untuk menindaklanjuti pernyataan salah seorang anggota DPRD yang menyebutkan masih adanya lembaga pendidikan di Dusun Cemeti yang kekurangan tenaga guru.
”Kita akan mengupayakan melalui usulan guru tenaga kontrak yang mau ditempatkan di sana,” kata Suparmadi, Selasa (19/3) malam.
Suparmadi mengaku sudah mengetahui keberadaan SDN 1 Satiruk yang selama ini diisi oleh 15 siswa, masih kekurangan guru. Dahulu pernah ada guru yang ditempatkan di sana tetapi tidak betah karena cukup jauh dan akses jalan cukup sulit.
”SDN 1 itu merupakan SD Kunjung yang menjadi bagian dari SD di Satiruk yang berada di sana. Jangkauannya pun cukup sulit dan tidak mudah guru ditempatkan di sana karena terpencil dan hanya ada laut saja. Untuk menuju ke sana mahal dan kita bersyukur masih ada penduduk yang mau mengajar, meskipun hanya berpendidikan SMP,” ujarnya.
Jika nantinya tidak ada tenaga guru kontrak yang mau mengajar di sana, dirinya akan memberdayakan penduduk di desa tersebut dengan meningkatkan status pendidikannya.
“Kalau memang nanti tidak ada guru yang mau ditempatkan di sana, kita terpaksa memberdayakan penduduk setempat dan kita akan upayakan status pendidikan mereka dengan malanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi,” ujarnya.
Suparmadi berharap guru kontrak yang ditempatkan di desa terpencil mendapatkan insentif tambahan. Menurutnya, tidak hanya di SDN 1 Satiruk saja yang digaji Rp 500 ribu tetapi masih ada guru-guru lainnya yang digaji serupa.
“Gaji kontrak itu sebenarnya semua sama, tetapi masih banyak ditemukan guru honor khususnya di desa terpencil yang digaji hanya Rp 500 ribu per bulan. Itu yang masih menjadi permasalahan kita. Karena gaji segitu belum layak dan ini yang akan kita coba atasi dan kita perjuangkan,” kata Suparmadi.
Camat Pulau Hanaut Eddy Mashami membenarkan tentang keberadaan SDN 1 Satiruk yang saat ini diajarkan oleh satu-satunya tenaga guru yang hanya lulusan SMP.
“Memang benar adanya. Sebenarnya berkaitan dengan SDN 1 Satiruk itu sudah pernah diusulkan ke pemerintah daerah Kotim melalui kepala disdik zamannya Pak Bima dan sekarang Pak Suparmadi sudah pernah diusulkan agar ada tenaga guru yang mau mengajar di sana tetapi belum ada jawaban karena memang Dusun Cemeti masih terpencil,” kata Eddy Mashami.
Sebelumnya, anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Kotim Rudianur merasa prihatin melihat kondisi fasilitas pendidikan di Dusun Cemeti, Desa Satiruk, Kecamatan Pulau Hanaut. Dusun itu hanya dihuni 27 kepala keluarga. Ada guru yang bertatus tenaga kontrak dari pemerintah daerah, namun tidak berselang lama guru itu meninggalkan tugas. Akhirnya murid di sana sekolah tidak punya guru. Seorang warga sekitar yang hanya tamatan SMP akhirnya mengajar murid. Dia dibayar melalui dana desa Rp500 ribu per bulan. (hgn/yit)