SAMPIT – Pria keturunan dari Banjarmasin kelahiran Kotim, 34 tahun silam ini, ternyata sudah menyenangi dunia olahraga sejak kecil, tepatnya sejak ia duduk di bangku sekolah dasar. Muhammad Rizki Setiawan atau akrab di panggil Rizki ini sekarang menjabat sebagai Banit Rekrim di Polsek Ketapang, Sampit. Berawal dari hobinya berolahraga membawanya terjun ke dunia karate dan silat. Pria berperawakan tinggi dan besar ini sejak kelas 3 SD sempat mengikuti latihan silat di organisasi persilatan “Merpati Putih”. Rizki saat itu sekolah di SDN 16 Mentawa Baru Hulu, Ketapang yang sekarang jadi SDN 8 MB, Ketapang.
“Olahraga sebenarnya sudah sejak SD dulu, pas kelas 3 SD di tahun 1994. Saya dulu sekolah di SDN 16 Mentawa Baru Hulu, Ketapang, kalau sekarang namanya SDN 8 MB, Ketapang. Memang senang olahraga dari kecil dulu, memang senang olahraga bela diri. Sempat ikut silat di Merpati Putih dulu tahun 1996-1999”, ungkap Rizki. Senin (1/4).
Awalnya ia mengikuti organisasi karate Inkai di Sampit, lalu ia pindah ke Merpati Putih, kemudian di tahun 2002 setelah ia lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) ia memutuskan untuk mengikuti Inkai lagi.
“Awalnya dulu sempat ikut Inkai kan, terus pindah ke Merpati Putih, nah pas lulus SMA tahun 2002 gabung lagi sama Inkai sampai sekarang”, terangnya.
Rizki mengaku setelah bergabung lagi dengan Inkai di Sampit, ia sempat menjajal beberapa kali kejuaraan Porda dan Porprov.
“Pas udah gabung lagi ke Inkai, beberapa kali ikut kejuaraan waktu itu kejuaraan Porda sama Porprov”, jelas Rizki.
Namun, saat ikut kejuaraan-kejuaraan tersebut ia hanya bisa sampai babak penyisihan dan semi final saja waktu itu. “Kalau pas ikut kejuaraan itu gak menang, Cuma sampai babak penyisihan sama semi final saja”, ujarnya.
Ia bercerita, ada dua sosok pelatih yang sangat berperan sekali dan selalu memotivasinya untuk berlatih karate, yakni senpai Syahrian Nur dan senpai Ahim Aroba. Pelatih-pelatihnya tersebut kini sudah meninggal dunia. Meskipun banyak guru-guru yang melatihnya di kala itu, namun dua senpai itulah yang sangat berperan penting bagi dirinya dan berkesan di hatinya.
“Guru yang melatih sebenarnya banyak ya, Cuma ada dua senpai yang saat itu sangat menginspirasi dan selalu memotivasi saya, namanya senpai Syahrian Nur dan senpai Ahim Aroba. Tapi beliau-beliau ini sekarang udah gak ada ya”, jelasnya.
Di tahun 2002 bersamaan dengan ia mengikuti kejuaraan-kejuaraan terssebut, ia ternyata juga mendaftarkan diri untuk masuk pendidikan Kepolisian Republik Indonesia. Kala itu ia mendaftar di Sekolah Polisi Negara Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan, tepatnya di Banjarmasin. Namun, di tahun 2003 barulah ia bisa mengikuti pendidikan polisi.
“Sempat jeda waktu kan pas lulus SMA dan pas ikut kejuaraan itu, nah ada kesempatan daftar pendidikan polisi, waktu itu ikut pendidikan polisi di Banjarmasin, daftar sih tahun 2002 Cuma bisa ikut pendidikannya di tahun 2003”, ungkap Rizki.
Di tahun 2006, dua bulan sebelum tragedi Gempa Jogja terjadi, ia sempat mengikuti kejuaraan Sunan Kalijaga Tingkat Nasional yang diselenggrakan di Yogyakarta. Namun, ia tak kecewa meskipun di kejuaraan tersebut tak membawa medali kejuaraan. “Nah, pernah ikut juga waktu itu kejuaraan Sunan Kalijaga Tingkat nasional di Yogyakarta, pas itu dua bulan sebelum Gempa Jogja tahun 2006. Tapi gak juara juga waktu itu”, jelasnya.
Kemudian di tahun 2013, ia mencoba ikut kejuaraan provinsi lagi yang digelar di Kotim. Meski tak memperoleh juara lagi, justru ia malah mengalami retak tulang tangan sebelah kiri saat berlaga di arena. “Waktu itu sempat ikut lagi di kejuaraan provinsi diadain di Kotim tahun 2013, gak juara sih, pas di babak final ada kecelakaan, pergelangan tangan sebelah kiri saya mengalami retak tulang, habis kejadian retak tulang itu, sempat vakum selama satu tahunan, istirahat total gak main lagi”, ungkapnya.
Barulah di awal tahun 2018, Kapolda Kalimantan Tengah menggelar Kejuaraan Provinsi Open Institut Karate-Do Nasional (Inkanas) Piala Kapolda ke II di Aula Graha Bhayangkara, Polda Kalteng. Rizki mengikuti lagi kejuaraan tersebut. Selama satu bulanan ia berlatih karate lagi. Ia rutin mengikuti latihan di lapangan Kodim dan latihan gabungan di salah satu sanggar tari di Sampit. Kejuaraan tersebut diikuti atlet-atlet dari berbagai daerah dan berbagai kelas dan berlangsung selama tiga hari. Dari kejuaraan tersebut Rizki mendapat medali emas. Inilah awal ia meraih juara di olahraga karate yang selama ini disenanginya.
“Sampai terakhir, di awal 2018 ikut lagi ada kejuaraan Inkanas yang digelar Kapolda Kalteng waktu itu. Dapat juara satu waktu itu dari piala Kapolda Kalteng. Saya dikelas berat badan 85+, lawannya sesama anggota polri juga yang mengadakan dari Kapolda Kalteng. Kalau latihan satu bulanan lebih, latihannya untuk Inkai di lapangan kodim, kalau latihan yang gabungan biasanya di sanggar tari dekat Diskominfo Kotim. Sampai saat ini masih ikut latihan Inkai juga. Selama ikut kejuaraan gak belum dapat juara ya, tapi saya gak kecewa, malah tetap berlatih terus, alhamdulillah 2018 kemarin dapat juaran itu, iya dapat medali emas dari Piala Kapolda Kalteng”, pungkas Rizki. (rm-97).