SAMPIT – Langkah calon Gubernur Kalteng Sugianto Sabran dalam panggung politik pemilihan gubernur (Pilgub) Kalteng boleh dibilang sangat licin, bagaikan buldozer yang menggilas lawan-lawan politiknya. Awalnya namanya tak diperhitungkan, justru dia posisinya hanya dipasangkan sebagai calon Wakil Gubernur Kalteng.
Saat itu, Sugianto dipasangkan dengan Riban Satia. Akan tetapi mendekati pendaftaran calon, Sugianto melakukan gerilya politik. Hasilnya, peta politik berubah t0tal. Riban Satia yang sebelumnya telah mengantongi dukungan dari empat partai politik, gagal maju menjadi calon gubernur. Perahunya disebut-sebut ”dibajak” bakal calon lain, Sugianto Sabran. Diduga terjadi lobi tingkat tinggi, sehingga arah dukungan berbalik.
Pada 25 Juli 2015 lalu, Riban yang diduetkan dengan Baharudin Lisa dikabarkan mendapat dukungan empat partai politik, yakni Partai Gerindra, Demokrat, PAN, dan PKB dengan total 19 kursi. Informasi itu berubah seketika pada Minggu (26/7). Empat parpol itu batal memberikan dukungan kepada Wali Kota Palangka Raya yang telah mengajukan pengunduran diri tersebut.
---------- SPLIT TEXT ----------
Saat itu, hanya satu parpol yang tetap memberikan dukungan untuk maju bersama Baharudin Lisa, yakni Partai Demokrat. Baharudin sendiri merupakan Ketua DPW Demokrat Kalteng.
Riban tak menyangka peta politik berubah secepat itu. Dia meminta maaf kepada tim sukses, organisasi masyarakat, dan tokoh agama yang telah memberi dukungan dan langsung menggelar pertemuan untuk menyikapi kabar tersebut.
”Saya secara pribadi memohon maaf kepada masyarakat Kalteng, menarik diri, mundur dari pencalonan Gubernur Kalteng, karena semua berjalan tidak sesuai dengan niat awal untuk bersaing satu lawan satu dengan pasangan calon yang lain,” kata Riban saat itu.
Sugianto Sabran telah mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari DPP empat parpol yang semula mendukung Riban. Sugianto akhirnya diusung menjadi calon gubernur berpasangan dengan Habib Said Ismail.
Langkah Sugianto saat itu semakin terbuka lebar. Kejutan politik tak hanya sampai disitu. Sugianto diduga kembali melakuka lobi-lobi tingkat tinggi, hasilnya Ujang Iskandar saat itu nyaris saja terjungkal.
---------- SPLIT TEXT ----------
Ujang saat itu didukung empat parpol, yakni Nasdem (5 kursi), PKPI (1 kursi), Hanura (1 kursi), dan PPP (3 kursi). Akan tetapi, salah satu kubu dalam kepengurusan PPP yang sebelumnya mengusung Ujang-Jawawi, tiba-tiba berbalik mendukung Sugianto Sabran-Habib Ismail.
Upaya penjegalan terhadap Ujang-Jawawi diungkap utusan DPP PPP kubu Djan Faridz, Muliadi, saat mendaftarkan Sugianto Sabran-Habib Ismail, Selasa (28/7). Kubu Djan Faridz menerbitkan rekomendasi baru kepada pasangan Sugianto-Habib Ismail tertanggal 27 Juli 2015. Kubu ini sebelumnya telah mengeluarkan rekomendasi kepada pasangan Ujang-Jawawi pada 24 Juli 2015.
Selain itu, agar Ujang-Jawawi dinyatakan tidak sah, Ketua DPW PPP Kalteng kubu Djan Faridz, Norhasanah, diberhentikan sementara. Posisi Ketua DPW PPP digantikan pelaksana tugas (Plt) dari DPP, Muliadi dengan sekretaris Iqbal yang juga dari DPP.
Muliadi mengatakan, dari awal pihaknya telah membangun konsekuensi untuk mendukung Koalisi Merah Putih (KMP). ”Poin penting dari terbitnya rekomendasi PPP kepada Sugianto-Habib ialah, rekomendasi yang dikeluarkan pada 24 Juli 2015 untuk mendukung Ujang-Jawawi, dinyatakan batal setelah terbitnya rekomendasi baru itu," katanya.
Terkait pemberhentian Norhasanah, menurut Muliadi, dilakukan karena yang bersangkutan tidak kooperatif dan tidak dapat menjalankan visi dan misi partai. Saat ditanya, dua kubu PPP yang tidak bisa ikut mengusung calon karena memberikan rekomendasi berbeda, dia menegaskan, tujuannya memang membatalkan pencalonan Ujang-Jawawi.
---------- SPLIT TEXT ----------
Kepada wartawan pada 6 Agustus 2015, Sugianto mengaku hanya ingin keadilan dan kejujuran KPU Kalteng dalam melaksanakan pilkada. Dia menegaskan, langkahnya bukan dendam terhadap Ujang. Seperti diketahui, Sugianto gagal menjadi Bupati Kobar setelah kemenangannya digugat Ujang-Bambang ke Mahkamah Konstitusi yang akhirnya dikabulkan.
”Tidak ada dendam dengan Pak Ujang. Saya setiap bertemu dengan Pak Ujang (selalu) peluk, cium, dan ketawa-ketawa. Bahkan, saat tes kesehatan dan ketemu di KPU terlihat santai,” katanya.
Sugianto mengaku hanya mempertanyakan netralitas KPU. Dia kemudian mengutip pernyataan pakar hukum pidana yang didatangkannya, Nurul Huda, bahwa proses demokrasi yang dijalani jangan sampai ada pidana. Kalau itu terjadi, akan terlihat KPU tidak terbuka dan tidak jujur.
Sugianto mempermasalahkan tidak sahnya rekomendasi PPP untuknya yang maju bersama Said Ismail. ”Karena hanya tertinggal waktu, Ujang Iskandar mendaftar tanggal 27 dan saya mendaftar tanggal 28, sehingga dianggap yang daftar terlebih dahulu sah. Ini yang jadi pertanyaan,” katanya.
---------- SPLIT TEXT ----------
Mantan anggota DPR RI ini menuturkan, KPU tidak meneliti terlebih dahulu mengenai sahnya rekomendasi PPP yang diberikan. ”Kejar aja KPU-nya. KPU harus segera mengklarifikasi dalam waktu dekat agar tidak ada salah persepsi,” tegasnya
Meski akhirnya Ujang-Jawawi ditetapkan sebagai pasangan calon, permasalahan dualisme dukungan PPP terus bergulir. Ujang-Jawawi tergusur dari persaingan memperebutkan kursi orang nomor satu di Kalteng. Setelah DKPP meminta KPU mengoreksi kembali putusan meloloskan Ujang, Desember lalu.
Kemudian, KPU Pusat mengeluarkan keputusan membatalkan SK pencalonan Ujang-Jawawi yang dikeluarkan KPU Kalteng. Meski, sempat digugat ke PTTUN dan sempat dikabulkan, Ujang kembali gugur ketika KPU RI mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung. Sugianto-Said Ismail (SOHIB) akhirnya bertarung head to head dengan pasangan Willy M Yoseph-Wahyudi K Anwar (WIBAWA).
Pria yang berhasil menjabat anggota DPR RI dari PDIP ini, akhirnya berhasil ”menguasai” Kalteng bersama Habib Said Ismail dengan perolehan suara sebanyak 518.895 suara, sementara WIBAWA memperoleh total 488.218 suara. Kini, pasangan itu tinggal menunggu langkah hukum yang dilakukan WIBAWA ke sejumlah lembaga. (tim)