PANGKALAN BUN - Kemarau yang terjadi lebih dari tiga bulan ini menyebabkan Hulu Sungai Arut, di Kecamatan Arut Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) mengering.
Kemarau panjang hanya menyisakan air di DAS Arut sedalam 30 - 40 centimeter saja, dari kedalaman normal mencapai sekitar 6 meter. Bahkan, ada anak sungai yang bila musim hujan kedalaman mencapai di atas tiga meter saat ini kering kerontang.
Salah satunya adalah anak Sungai Penopat, Kelurahan Pangkut. Anak sungai ini menjadi urat nadi masyarakat, baik untuk kebutuhan sehari - hari maupun untuk budidaya ikan Toman.
Keringnya anak sungai bermuara di Sungai Arut ini tidak hanya berdampak sosial, tetapi juga berdampak dengan kesehatan masyarakat. Karena mereka terpaksa menggunakan air berkualitas buruk, berwarna putih seperti susu.
“Kalau Sungai Arut sudah mengering seperti sekarang tentu saja anak sungai yang ada juga turut kering, padahal anak sungai ini dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat baik untuk mandi dan cuci maupun untuk perikanan,” kata Yusran salah seorang warga setempat.
Menurunnya debit Sungai Arut, juga berdampak pada meningkatnya penggunaan bahan berbahaya beracun (B3) yang dilakukan oknum masyarakat untuk menangkap ikan.
Seperti beberapa hari yang lalu, pengamatan media ini, di DAS Arut yang melintasi kampung Penopat ini nampak ikan jenis Kaliaki dan Lais berukuran besar dengan berat 1 kilogram perekor, terlihat mengambang di aliran sungai yang surut.
Melihat fenomena ini warga berbondong - bondong ke sungai menggunakan perahu untuk memungut ikan - ikan tersebut. Menurut warga ikan tersebut mengambang akibat racun.
“Ikan ini sepertinya mengambang akibat racun, entah dimana mereka (okum masyarakat) mencurahkan racunnya, kita tidak tahu, karena mereka sembunyi - sembunyi melakukan aktivitas ini,” terangnya.
Sementara itu, Camat Arut Utara M Ikhsan mengatakan saat ini pemerintah kecamatan setempat sedang melakukan pemantauan terhadap sungai - sungai yang kering, dari hasil pengamatan, sungai yang kering di wilayah Desa Kerabu, Riam, dan Panahan.
Ia mengungkapkan untuk mensikapi kekeringan tersebut, rencananya penghulu adat akan mengadakan ritual adat meminta hujan. Saat ini pihaknya sedang membahas secara teknis dan melihat situasi, termasuk ramalan dari BMKG.
Disebutkannya daerah tersebut saat ini paling terdampak dengan keringnya air sungai. Banyak warga di sepanjang aliran sungai menumpang di tempat warga yang memiliki sumur, dan ada yang mencari anak sungai yang masih terdapat air untuk aktivitas MCK.
“Kita sudah perintahkan kades untuk monitor dan merekap masyarakat yang terdampak. Kita akan koordinasi dengan PDAM Aruta, untuk menyediakan air bersih disamping itu juga rencana ritual adat, semoga hujan cepat turun,” pungkasnya. (tyo/sla)