Puluhan tahun memelihara satwa langka, Sugiono harus rela melepas kepergiannya. Satwa jenis owa-owa yang dilindungi negara itu akhirnya diserahkan ke instansi yang menanganinya.
FAHRY ILHAMI SAMOSIR, Sampit
Hujaman air dari langit turun dengan derasnya. Limpahan air itu membuat seekor owa-owa meringkuk kedinginan di kawasan Sungai Baru, Desa Basirih Hilir, Kotim. Sugiono tak sengaja melihat hewan yang tergolong langka itu.
Rasa iba muncul di hatinya. Tanpa pikir panjang, Sugiono menerobos hujan dan menyelamatkan satwa tersebut. Dia menduga satwa malang itu ditinggal induknya.
”Saya kasihan melihat owa-owa itu. Akhirnya saya memutuskan memeliharanya,” ucap Sugiono mengenang pertemuan pertamanya dengan hewan peliharaannya itu tahun 2010 silam.
Sugiono yang berprofesi sebagai tenaga pendidik itu lalu memelihara sang owa. Dia kerap meluangkan waktunya mengasuh satwa tersebut. Satwa liar itu mendapat perlakuan istimewa. Dia diberi minum susu dan berbagai jenis makanan, terutama buah-buahan. Dia juga memberinya nama Uwa.
Tahun demi tahun, Uwa beranjak dewasa. Perilakunya yang dulu lucu, ternyata ikut berubah. ”Dulu, waktu masih umur 1-6 tahun, Uwa selalu ingin dimanja sama saya. Arti dimanja itu, seperti mau digendong terus. Setelah memasuki usia ke-10, perilakunya mulai berbeda. Misalnya, saat ingin dipegang, Uwa memberikan ancaman,” tuturnya.
Meski sikapnya berubah, kasih sayang Sugiono tetap sama. Dia menganggap Uwa seperti anaknya sendiri.
Setelah lama memelihara Uwa, kabar kedekatannya dengan satwa itu sampai ke telinga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng. Pria berkacamata itu mau tak mau harus mematuhi aturan negara. Dia akhirnya bersedia menyerahkan Uwa pada instansi tersebut.
”Mohon, tolong jaga dia (Uwa, Red)! Dia anak saya. Saya merawatnya sungguh dalam sekali. Jangan lupa, dalam satu hari, sempatkan gendong dia! Dia juga suka diberi buah naga,” kata Sugiono kepada petugas BKSDA Kalteng yang menerima satwa itu.
Petugas BKSDA mendengar kabar owa-owa itu dipelihara Sugiono di tengah masa sibuk-sibuknya menggempur api kebakaran hutan dan lahan beberapa waktu lalu. Satwa itu ditemukan di dalam kandang yang terbuat dari kayu dan kawat, di belakang rumah Sugiono, Jalan Pelita Barat, Sampit.
Sebelum dievakuasi, petugas terlebih dahulu mencoba berinteraksi dengan Uwa di teras depan rumah Sugiono. Hewan langka tersebut terlihat normal serta memberikan respons yang cukup baik ketika petugas menirukan suaranya.
Proses evakuasi lalu dilaksanakan, disaksikan Sugiono. Uwa yang berpindah kandang itu akan menempuh perjalanan panjang menuju ke Kabupaten Kotawaringin Barat, Pangkalan Bun.
Komandan BKSDA Pos Jaga Sampit Muriansyah berterima kasih kepada Sugiono yang sudah memelihara owa-owa dengan cukup baik. Langkah Sugiono diharapkan menjadi contoh baik masyarakat lainnya.
”Apabila ada yang memelihara satwa liar yang dilindungi, diharapkan juga seperti Sugiono. Artinya, masyarakat juga ikut menyerahkan hewan langka yang dilindungi kepada kami. Baik itu memelihara maupun menemukan,” tandasnya. (***/ign)