SAMPIT – Perubahan musim acap kali berpengaruh terhadap budidaya ikan. Petani perlu mengantisipasi kematian ikan dalam jumlah besar.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Kotawaringin Timur Heriyanto mengatakan, ada beberapa pemicu ikan mati saat peralihan musim kemarau ke musim penghujan. Di antaranya munculnya banyak hama penyakit, perubahan kualitas air kolam, dan kurangnya sinar matahari.
“Musim penghujan dapat mengancam keberlangsungan hidup ikan budidaya karena dapat memicu tingginya jumlah hama dan mikrorganisme penyebab penyakit pada ikan,” jelasnya.
Lebih lanjut perubahan kualitas air kolam juga menjadi salah satu pemicunya. Air hujan biasanya memiliki tingkat keasaman yang tinggi sehingga berpengaruh pada kondisi air kolam.
“Kondisi keasaman pada air kolam akibat banyaknya air hujan,” ungkapnya.
Penyebab lainnya yang menjadikan ikan mati setelah hujan adalah waktu hujan berlangsung sangat lama sehingga sinar matahari yang masuk ke dalam kolam dapat berkurang.
“Kurangnya sinar matahari dapat memicu oksigen di dalam kolam berkurang yang menyebabkan banyak ikan menjadi mati,” tuturnya.
Menurut Heriyanto, hujan yang sempat terjadi di Sampit hasil dari modifikasi cuaca beberapa waktu lalu belum berpengaruh terhadap budidaya ikan di kolam. Sampai dengan ini belum ada laporan ikan yang mati akibat perubahan kondisi air.
Dijelaskannya, ada beberapa cara mengatasi dan mencegah ikan mati setelah hujan, yaitu membuat atap agar air hujan tidak masuk ke kolam.
“Garam ikan merupakan solusi lebih murah dibandingkan harus membuat atap untuk kolam terutama yang ukurannya sangat besar. Garam yang diberikan dalam kolam dapat membantu mempertahankan pH agar tidak asam saat hujan datang,” terangnya.
Cara lainnya yang juga dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian pada ikan setelah hujan adalah dengan meningkatkan oksigen di dalam kolam. (yn/yit)