SAMPIT – Agenda tahunan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, Simah Laut, mendapat penolakan dari sejumlah warga. Muhammada Khairudin, pemuda Masjid Aminul Hadi, Desa Ujung Pandaran, meminta event yang akan dilaksanakan di kawasan itu pada 8 Desember mendatang dibatalkan.
Penolakan tersebut dia tuangkan dalam surat terbuka yang ditujukan kepada Bupati Kotim dan Kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kotim. ”Dibatalkan serta dihapuskan dari agenda tahunan," tegas Khairudin, Kamis (5/12).
Khairudin menuturkan, pihaknya berniat memberi tahu dengan baik-baik penolakan itu. ”Kami tidak ingin anarkis, apalagi sampai menghancurkan fasilitas-fasilitas negara,” ucapnya.
Menurutnya, ada pegawai di dinas tersebut yang menolak acara itu. Namun, mereka tidak berani menyuarakan.
”Kalau didiskusikan secara terbuka, insya Allah ada alternatif acara selain Simah Laut. Masalahnya, mereka tidak mau berdiskusi," tambahnya.
Dia menambahkan, pantai lain di Kalimantan Tengah tak pernah menggelar festival Simah Laut, ritual melarung sesajen ke lautan. ”Kami sudah telusuri. Kenapa hanya ada di Ujung Pandaran (Kotim) saja? Kami heran," cetusnya.
Dia menuturkan, agenda tahunan itu sebelumnya sudah pernah ditolak, namun masih tetap dilaksanakan. Dalam surat terbukanya, Khairudin juga menulis Simah Laut bertentangan dengan agama Islam.
”Ada pegawainya yang curhat menolak acara itu karena bertentangan dengan ajaran agama Islam. Tapi mereka cuma bisa diam dan bungkam," katanya.
Dia menambahkan, apabila ada pernyataan akan mengubah format acara atau melarung sesajen ditiadakan, pihaknya sudah tidak percaya lagi.
”Intinya, kami minta dibatalkan. Kami sudah tidak percaya. Tahun 2018 bicaranya juga tidak ada melarung sesajen, tapi nyatanya tetap ada prosesi ke tengah laut. Kami ada bukti bahwa tahun lalu masih ada prosesi melarung sesajen ke laut," tegasnya. (yn/ign)