SAMPIT – TewasnyaAhmat Yamani (27), warga Kota Palangka Raya akibat sambaran petir Kamis (9/1) lalu, jadi peringatan bagi banyak orang terhadap bahaya petir. Apalagi prakiraan hujan dalam beberapa hari ke depan berpotensi disertai petir. Warga perlu waspada agar ”murka” alam itu tak lagi menelan korban kematian.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandara Haji Asan Sampit mengimbau masyarakat tetap waspada serta menghindari benda-benda yang bisa menghantarkan sambaran petir.
Kepala BMKG Kotim Nur Hadi mengatakan, petir umumnya bisa terjadi karena adanya penjalaran muatan listrik yang ditimbulkan tumpukan gumpalan awan. Secara ilmiah disebut dengan cumulonimbus. Dalam awan cumulonimbus terdapat ion positif dan ion negatif yang menimbulkan listrik.
”Penjalaran muatan listrik yang ditimbulkan oleh gumpalan-gumpalan awan bermuatan listrik positif dan negatif, sedangkan bumi bermuatan netral, sehingga saat awan kelebihan muatan listrik, muatan tersebut akan menjalar menuju bumi,” kata Nur Setiawan, Minggu (12/1).
Dia melanjutkan, apabila proses penjalaran muatan melewati media (kondensator) dengan hambatan terkecil, akan menghasilkan butiran air hujan yang turun.
”Tubuh manusia sifatnya konduktor, karena di dalamnya mengandung cairan, sehingga resistansi atau hambatannya lebih kecil dibanding batang pohon atau bangunan. Karenanya, jika ada petir yang menjalar melalui puncak pohon atau bangunan dan ada manusia di bawahnya, muatan listrik tersebut akan diteruskan atau menjalar ke tubuh manusia ke bumi,” ujarnya.
Nur mengatakan, tersambar petir merupakan fenomena mematikan yang bisa merenggut nyawa. Bahkan, kecil kemungkinan seseorang yang tersambar petir bisa selamat. ”Secara umum seseorang yang tersambar petir kecil kemungkinan bisa diselamatkan,” ujarnya.
Lebih lanjut Nur mengatakan, apabila seseorang berada di luar ruangan saat berkendara dan mendengar petir, dia mengimbau agar mencari tempat berteduh dan menghindari berteduh di bawah pohon.
”Apabila berkendara, relatif aman jika di sekitarnya ada pohon atau sesuatu yang lebih tinggi. Sebaiknya jika mendengar petir saat berada di luar ruangan, segera cari tempat berteduh seperti bangunan atau mobil dan hindari berteduh di bawah pohon, karena energinya bisa mengalir ke tubuh,” ujarnya.
Nur menambahkan, saat terjadi petir, penggunaan telepon genggam harus dihindari. ”Ponsel tak bisa dijadikan penyebab seseorang tersambar petir ketika menggenggam telepon, tetapi lebih baik hindari menggenggam atau menelepon saat terjadi petir,” ujarnya.
Selain itu, lanjutnya, apabila terjadi petir bersahut-sahutan, lebih baik menghindari tempat terbuka, seperti ladang, persawahan, lapangan, atau taman. Pasalnya, petir mencari tanah untuk melepaskan energinya.
Hal demikian diduga jadi penyebab Ahmat Yamani (27) dan adiknya Anang Apriyanto disambar petir Kamis lalu, di Jalan Yos Sudarso Palangka Raya. Meski keduanya berteduh di bawah tenda, petir tetap saja menyambar hingga menewaskan Ahmat Yamani.
Anang selamat meski sempat terpental. Diduga petir saat itu melepaskan energinya ke tanah yang ada di sekitar mereka dan sebagian menghantam Ahmat Yamani. Hal itu diperkuat dari keterangan Anang yang menyebut, tanah di sekitar lokasi mereka berteduh berhamburan akibat sambaran petir.
Nur melanjutkan, apabila berada kolam renang saat ada petir, sebaiknya segera naik dan menjauh, karena petir juga bisa mengantarkan energi ke air. Tiang listrik, menara, dan sesuatu yang lebih tinggi juga harus dihindari.
”Tips terakhir menghindari petir, apabila seseorang sedang berteduh di luar ruangan, maka atur jarak 3-5 meter dengan orang lain agar terhindari dari hantaran energi saat terjadi petir,” tandasnya. (hgn/ign)