SAMPIT – Terganggunya aktivitas belajar dan mengajar di SMPN 3 Sampit akibat keberadaan depo sampah membuat DPRD Kotawaringin Timur (Kotim) terkejut. Dewan menuding ada yang tidak beres dalam pengelolaan depo sampah di dekat lingkungan sekolah.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Rudianur mengaku terkejut mendengar kabar siswa SMPN 3 Sampit harus bermaskes gara-gara bau sampah.
”Kok bisa sampai berdampak ke sekolah? Ini artinya ada yang tidak beres dengan pengelolaan sampah di depo setempat,” kata Rudianur kemarin (5/2).
Rudianur juga heran juga lokasi pembangunan depo sampah sangat dekat dengan sekolah.
”Karena yang namanya sampah pasti menimbulkan efek pencemaran udara, tapi kan di situ ada dinas teknis yang sebelumnya melakukan kajian dampak lingkungan terkait pendirian depo sampah tersebut,” kata politikus Partai Golkar Kotim ini.
Rudianur menyarankan, dinas teknis segera turun ke lapangan mengecek masalah tersebut, lalu mengatasinya agar tidak memimbulkan polusi udara bagi penduduk dan sekolah di sekitarnya.
“Ya kami harapkan persoalan seperti ini segera diatasi, dan kami yakin ini dinas teknis bisa mengatasinya sehingga anak-anak yang sekolah di sekitar itu tidak lagi diganggu bau sampah. Sedikit banyak itu akan berdampak buruk bagi dunia pendidikan tersebut,” kata Rudianur.
Depo sampah dengan dana miliaran rupiah itu dibangun pemerintah daerah di lapangan sepakbola SMPN 3 Sampit. Lapangan itu kini disulap menjadi tempat pembuangan dan pengelolaan sampah di Baamang.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kotim Sanggul L Gaol mengatakan, telah melakukan sosialisasi kepada warga sekitar sebelum pembangunan depo sampah Sehati 04 di samping SMPN 3 Sampit. Warga tidak keberatan dengan adanya depo tersebut.
"Saya sudah membuat pertanyaan akan keberadaan depo, dan semua tidak merasa terganggu, mereka justru merasa terbantu karena sampah yang ada di pinggir-pinggir jalan terangkut, sehingga semua terkumpul di depo," sebutnya.
Menanggapi depo sampah yang mengganggu aktivitas belajar SMPN 3 Sampit, Sanggul menyebut jarak bangunan depo dengan tembok batas sekolah sudah melebihi standar, yakni 15 meter. Sementara ada depo yang dibangun di tengah kota dengan jarak yang begitu dekat tidak menuai protes dari warga sekitarnya.
"Depo sampah yang ada di wilayah perkotaan selama ini tidak ada yang komplain, jaraknya sudah standar dibandingkjan dengan jarak depo lain. Bahkan ada depo yang bangunannya bersebelahan, di sampingnya yang jual makanan di situ tidak ada komplain," ungkapnya.
Sanggul menyebut pagi sekitar pukul 06.00 WIB, sampah diangkut oleh petugas ke tempat pembuangan akhir (TPA), selesai diangkut depo pun kemudian dibersihkan, sedangkan masyarakat membuang sampah didominasi pada pada sore dan malam hari.
"Silakan saja sekolah datang ke DLH. Kami pun bersedia dipanggil untuk memberikan penjelasan kepada mereka. Bisa dimediasi oleh kepala dinas pendidikan," tuturnya.
Warga sekitar memberikan tanggapan beragam terkait keberadaan depo sampah. Ada warga yang merasa terbantu dengan dibangunnya depo. Namun ada juga yang menilai depo terlalu dekat sekolah sehingga butuh solusi agar tidak mengganggu siswa.
”Kami merasa terbantu sekali dengan dibangunnya depo sampah di sekitar sini, karena banyak TPS yang ditutup. Jadi depo inilah tempat warga sekitar membuang sampah,” terang Nana, warga sekitar depo sampah, Rabu (5/2).
Menurut Nana, bau sampah di depo mencapai radius 30 meter. Warga sekitar tidak terganggu karena jaraknya dengan permukiman lebih dari 30 meter.
“Pemerintah membangun depo sampah di sini pastilah sudah mendapatkan izin, depo ini juga tidak terlalu dekat dengan permukiman. Hanya dekat dengan sekolah,” ujarnya lagi.
Andi yang juga warga sekitar menambahkan, setiap hari sampah di depo ini selalu diangkut truk dari DLH sehingga sampah tidak pernah menumpuk.
“Meski depo ini belum sepenuhnya selesai, namun sudah difungsikan dan sampah selalu diangkut setiap hari. Kalau menjelang sore hingga malam, sampah kembali banyak lagi. Kalau pagi hari, depo ini memang menyengat bau sampahnya hingga ke sekolah,” jelas Andi.
Andi berharap petugas mengangkut sampah lebih pagi lagi atau sebelum anak-anak mulai beraktivitas di sekolah. Tujuannya, bau sampah tidak menyebar ke sekolah.
“Harusnya ada pertemuan dan pembicaraan antara pihak sekolah dan dinas terkait untuk permasalahan ini. Kalau dari warga, saya rasa tidak keberatan dengan dibangunnya depo sampah ini,” tutupnya. (dia/yn/ang/yit)