NANGA BULIK - Banjir dan Karhutla jadi bencana yang paling sering terjadi di Kabupaten Lamandau. Meski Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lamandau belum menetapkan dan memetakan wilayah rawan bencana alam. Hal itu terjadi karena belum adanya kajian terkait pemetaan tersebut, tetapi BPBD sudah memiliki data wilayah rawan bencana.
Berdasarkan data yang diliris tahun 2019, di mana bencana sangat tinggi yang mendominasi Karhutla dan Banjir, menurut data yang dirilis oleh BPBD Lamandau, untuk bencana banjir sebanyak 42 kejadian, Karhutla 110 kejadian, Tanah Longsor 3 kejadian, dan Cuaca Ekstrem ada 3 kejadian.
"Selama ini di Kabupaten Lamandau hanya ada 2 bencana yang sering terjadi, seperti ancaman banjir dan karhutla, untuk potensi daerah rawan bencana belum ada kerena, data liris tersebut hanya berdasarkan kejadian, dan belum ada yang berpotensi sama sekali," ungkap Kepala BPBD Kabupaten Lamandau Edison Dewel melalui Kasi Penanggulangan Bencana Hendri.
Kendati demikian, setiap kabupaten/kota diwajibkan untuk membuat peta rawan bencana dan rencana penanggulangan bencana untuk membantu meningkatkan kewaspadaan terhadap terjadinya bencana.
"Data kejadian yang dirilis 2019 itu adalah data kejadian yang ditindaklanjuti oleh BPBD Lamandau, sedangkan untuk daerah rawan bencana masih disusun untuk menetapkan dan mengusulkan," tandasnya.
Dia menuturkan, untuk pembuatan peta wilayah rawan bencana harus berdasarkan kategori, karena selama ini banjir yang terjadi Nanga Bulik hanya sebuah genangan air dan tidak sampai berlarut-larut beberapa hari. Begitupula yang terjadi di desa-desa. (mex/sla).(DOK RIA MEKAR/RADAR PANGKALAN BUN)