SAMPIT | PANGKALANBUN | PALANGKA | KOTAWARINGIN | METROPOLIS | BARITO | GUMAS | DPRD SERUYAN

PANGKALANBUN

Senin, 18 Mei 2020 10:33
Warga Sukamara Lestarikan Tradisi Batamara
PELESTARIAN : Tradisi Batamara hingga kini masih dilestarikan warga Sukamara.(FAUZIANUR/RADAR SAMPIT )

SUKAMARA – Warga Sukamara lestarikan tradisi Batamara. Keseian daerah yang menampilkan pertunjukan silat ini masih bertahan di tengah gempuran zaman. Jika dulu, pertunjukan menjadi prosesi adat saat resepsi perkawinan ketika penyambutan mempelai laki-laki ketika bertandang ke tempat mempelai perempuan, kini lebih banyak sebagai acara penyambutan tamu saja.

“Batamara menjadi salah satu tradisi lokal penyambutan tamu. Filosofinya menghilangkan rintangan yang ada saat tamu datang berkunjung,” ujar Halim, Ketua Sanggar Seni Talipuk Sukamara.

Dalam tradisi tersebut dimulai dengan pertunjukan silat dua orang perempuan dengan dibatasi seutas tali dan pohon pisang sebagai simbol sebuah rintangan. Usai penampilan silat keduanya, kemudian masuk pesilat dua orang lelaki, yang masing-masing mengambil posisi berhadapan dengan dipisahkan rintangan tali dan pohon pisang.

“Ada dua pesilat, satu orang di sisi tamu dan satu lagi diposisi tuan rumah. Pesilat dari tamu akan berusaha memotong tali dan menebas pisang dengan Mandau yang menjadi perintang masuk. Tetapi pesilat dari tuan rumah akan melawan dan menjaga, sehingga keduanya beradu silat,” terang Halim.

Kedua pesilat akan memainkan Mandau yang telah dipersiapkan sebelumnya. Saat pesilat tamu ada kesempatan atau celah masuk, maka ia akan langsung memotong tali dan menebas pohon pisang hingga roboh. Setelah roboh, baru tamu dipersilakan lewat karena rintangan sudah dihilangkan.“Pesilat posisi tuan rumah tidak boleh memotong, hanya bertahan dan menjaga saja. Sedangkan pesilat dari tamu akan mencari celah lengah lawan untuk memotong,” kisah Halim.

Menurut salah seorang sesepuh masyarakat Sukamara, tradisi Batamara dulunya menjadi acara wajib dalam resepsi pengantin dan penyambutan tamu. Pesilat yang tampil dari para orang tua. Namun pergeseran zaman, tradisi tersebut mulai ditinggalkan oleh masyarakat dan jarang sekali ditampikan dalam resepsi perkawinan. “Sekarang memang sering ditampilkan untuk penyambutan tamu saja. Tetapi jika ada warga ingin menampilkan saat perkawinan, kami siap. Dalam satu tahun ini hanya dua atau tiga orang yang minta,” cerita Halim.(fzr/sla)

 

 

 

 


BACA JUGA

Selasa, 08 September 2015 21:10

57 Jamaah Calon Haji Diberangkatkan

<p>PANGKALAN BUN- Sebanyak 57 orang Jamaah Calon Haji (JCH) asal Kabupaten Kotawaringin Barat…
Sitemap
  • HOME
  • HOT NEWS
  • NEWS UPDATE
  • KOLOM
  • RAGAM INFO
  • INSPIRASI
  • FEATURE
  • OLAHRAGA
  • EKONOMI
Find Us
Copyright © 2016 PT Duta Prokal Multimedia | Terverifikasi Dewan Pers