KUALA KAPUAS – Jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) suspect Covid-19 yang meninggal dunia di Kabupaten Kapuas kian mengkhawatirkan karena terus bertambah. Total PDP yang meninggal di wilayah itu mencapai tujuh orang, tertinggi dibanding kabupaten lainnya. Mereka meninggal karena menderita gejala penyakit Covid-19 yang tergolong berat.
Juru Bicara (Jubir) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kapuas Tri Setya Utami mengatakan, dua PDP terakhir yang meninggal berasal dari Kelurahan Selat Dalam Kecamatan Selat dan Kecamatan Kapuas Tengah (Pujon). Mereka mengembuskan napas terakhir pada hari yang sama, Sabtu (16/5) lalu.
PDP dari Selat Dalam berusia 54 tahun, meninggal dunia saat dirawat di RSUD dr H Soemarno Sostroatmodjo Kapuas, sementara pasien lainnya yang masih remaja perempuan berusia 16 tahun, meninggal dalam perjalanan saat akan dirujuk ke RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.
Menurut Tri, remaja dari Pujon yang meninggal menderita sesak napas dan demam. Dia dirujuk ke RSUD dr Doris Sylvanus setelah mendapat perawatan dari dokter di Puskesmas Pujon.
”Pasien dari Pujon ini dalam keadaan sesak berat dan demam. Sudah dikonsultasikan oleh dokter Puskemas Pujon ke dokter spesialis paru RSUD dr Doris Sylvanus. Dokter spesialis paru menyetujui sebagai PDP dan disarankan dirujuk ke dr RSUD dr Doris Sylvanus. Namun, dalam perjalanan yang bersangkutan meninggal dunia,” terangnya, Minggu (17/5).
Tri mengaku belum mengetahui riwayat perjalanan pasien tersebut. Begitu pula mengenai kontak pasien dengan beberapa orang sebelumnya. Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kapuas masih melakukan penyelidikan riwayat pejalanan pasien tersebut.
”Riwayat perjalanan dan kontak sementara belum ada. Namun, upaya penyelidikan epidemiologi (PE) tetap dilakukan," jelasnya.
Selanjutnya, PDP dari Selat Dalam yang meninggal dunia sebelumnya masuk ke RSUD dr H Soemarno Sostroatmodjo Kapuas pada 11 Mei lalu. Setelah didiagnosa, dia dinyatakan sebagai PDP. Pasien tersebut masih menunggu hasil tes swab yang dilakukan.
”Pasien yang berusia 54 tahun ini tadi malam (Sabtu, Red) langsung dimakamkan sesuai protokol kesehatan,” jelasnya.
Bertambahnya dua PDP membuat daftar pasien yang meninggal dengan suspect Covid-19 di Kapuas paling tinggi dibanding kabupaten/kota lain di Kalteng dengan total tujuh PDP. Rincian wilayah domisilinya, yakni dari Kecamatan Selat lima orang, Bataguh satu orang, dan Kecamatan Kapuas Tengah (Pujon) satu orang.
”Dari tujuh orang yang meninggal dunia, dua pasien tidak sempat dilakukan test swab karena terlebih dahulu meninggal. Artinya, terdapat pasien lima pasien meninggal yang saat ini masih menunggu hasil dari laboratorium,” katanya.
Mengenai penanganan PDP yang berat, Tri mengatakan, RSUD Kapuas telah melakukan penanganan sesuai prosedur. Umumnya pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dan langsung ditangani. Sebagian PDP dengan gejala berat tak bisa dirujuk ke RSUD rujukan karena alasan penuh.
”PDP gejala berat ini dirawat semampunya di RSUD Kapuas dengan kondisi yang ada, karena RSUD Kapuas adalah RSUD Satelit untuk merawat pasien gejala sedang," tegasnya.
Sementara itu, jumlah pasien positif Covid-19 di Kapuas juga tergolong tinggi, mencapai 19 kasus. Sebanyak sebelas pasien masih dalam perawatan, tiga pasien sembuh, dan lima pasien meninggal dunia. Kemudian, untuk PDP sebanyak 13 orang. Tiga pasien dirawat di RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya dan sepuluh pasien di RSUD dr H Soemarno Sostroatmodjo Kapuas.
Karantina
Dari Lamandau dilaporkan, RSUD Lamandau melakukan pengambilan sampel swab sepuluh karyawan perusahaan yang baru masuk lokasi karantina di mes desa. Para pekerja itu merupakan calon penumpang kapal di Pelabuhan Panglima Utar Kumai dengan hasil rapid test diketahui reaktif positif.
”Ada tiga dokter yang melakukan pengambilan sampel swab yang kemudian dikirim ke laboratorium di Banjarbaru, Kalsel," kata Humas RSUD Lamandau, Dhaly.
Selain tiga dokter, mereka dibantu dua perawat, satu analis kesehatan, dan satu sopir yang telah mendapatkan pelatihan khusus penanganan pasien suspect korona. Pengambilan swab dilakukan di ruang terbuka, di bawah tenda di halaman belakang RSUD yang berdekatan dengan ruang isolasi.
Sementara itu, Tim Gugus Tugas Covid-19 kembali menerima tiga karyawan perusahaan di Lamandau yang gagal mudik gara-gara terdeteksi reaktif positif rapid test. Mereka juga langsung dijemput dan dikarantina di mes desa. Tim Gugus Tugas Covid-19 Lamandau menolak menyebut perusahaan tempat tiga pekerja tersebut berasal.
”Total sekarang sudah 13 orang karyawan perusahaan yang dikarantina (isolasi) di mes desa. Awalnya mereka berniat mudik, tapi hasil rapid test reaktif positif," ungkap Ketua Tim Gugus Tugas Covid-19, Hendra Lesmana.
Dengan temuan tersebut, pihaknya menegaskan kembali kepada seluruh masyarakat dan perusahaan besar swasta memperketat pengawasan terhadap karyawannya agar tidak mudik. Menurutnya, masih ada yang berupaya mencuri kesempatan agar bisa mudik.
”Tetap di tempat, stay at home untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 ini. Kelihatannya mereka memang sehat tanpa gejala, tapi siapa yang sangka jika dari badan yang terlihat sehat justru jadi pembawa virus yang bisa menularkan kepada keluarga di desa. Kalau sayang keluarga, jangan mudik, cukup kirimkan uangnya dan silaturahmi melalui telepon dan video call," tegasnya.
Sampaikan Kebutuhan
Sementara itu, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mengingatkan pemerintah kabupaten dan kota agar aktif menyampaikan kebutuhan sarana dan prasarana (sarpras) yang berkaitan dengan penanganan Covid-19 di daerah masing-masing.
Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalteng Darliansjah mengatakan, saat ini kebutuhan alat pelindung diri (APD) di kabupaten dan kota sangat penting, sehingga harus disampaikan kepada pemerintah provinsi.
”Pemerintah provinsi memperhatikan daerah-daerah, khususnya yang sangat memerlukan pemenuhan APD," katanya.
Kalteng, lanjutnya, sudah beberapa kali menerima kiriman APD dari Kementerian Kesehatan. Sarana tersebut langsung diteruskan pendistribusiannya ke kabupaten dan kota, khususnya rumah sakit rujukan.
Hanya saja, terkait pendistribusian tersebut, gugus tugas di daerah harus proaktif berkoordinasi dan menyampaikan permohonan ke gugus tugas provinsi. Selanjutnya, kebutuhan tersebut bisa segera difasilitasi gugus tugas pusat melalui gugus tugas provinsi.
”Selama ini kami sudah banyak menerima bantuan dari pemerintah pusat salah satunya adalah APD. Setiap kami menerima APD, segera kami distribusikan sesuai alokasi yang sudah ditentukan," ucapnya.
Hingga kini, terhitung sudah sebanyak 55.300 APD yang dikirim pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan ke Kalteng. Sementara itu, APD yang sudah didistribusikan ke kabupaten dan kota sebanyak 45.650 lembar. Sisanya dijadikan stok penyangga dan disimpan di Dinas Kesehatan Kalteng.
”Terbaru ini, Kalteng kan dapat lagi (APD, Red) sebanyak 4.250 APD, tetapi tidak dialokasikan untuk kabupaten dan kota sehingga menjadi persediaan di Dinkes Kalteng," pungkasnya. (der/mex/sla/sho/ign)