SAMPIT – Biaya perjalanan menggunakan transportasi umum kian mencekik. Selain harus membayar harga tiket, warga juga wajib menjalani rapid test yang biayanya menguras dompet. Alhasil, kebijakan wajib tes cepat Covid-19 dikeluhkan dan memberatkan warga yang ekonominya pas-pasan dan berniat keluar daerah untuk keperluan mendesak.
Mariyanto (55), misalnya. Buruh perusahaan sawit ini mengaku keberatan dengan tingginya biaya pulang kampung. Namun, dia terpaksa harus mengeluarkan uang untuk semua biaya yang diperlukan karena Lebaran lalu tak bisa mudik.
”Jelas keberatan. Tetapi, apa boleh buat. Lebaran kemarin tak bisa pulang karena semua warga dilarang mudik. Tetapi, sekarang mulai dibolehkan dan kapal mulai membuka jadwal keberangkatan akhirnya nekat berangkat,” ucap Mariyanto saat ditemui di salah satu klinik laboratorium yang menyediakan layanan rapid test, Selasa (16/6).
Mariyanto menuturkan, sebelum melakukan pemeriksaan rapid test, dia sudah mendapatkan izin dari pimpinan di tempatnya bekerja. Namun, dia kaget dengan biaya rapid test yang begitu tinggi. Lebih mahal dari harga tiket kapal.
”Saya periksa Rp 450 ribu. Total dari tempat kerja sampai ngurus tiket kapal habis sebanyak Rp 1,4 juta,” ungkapnya sambil menenteng amplop berisi surat hasil pemeriksaan rapid test.
Rencananya Mariyanto berangkat menuju Semarang melalui Pelabuhan Kumai. ”Berangkat lewat Pangkalan Bun karena di Sampit kapal tujuan ke Semarang belum membuka layanan,” ujarnya.
Lain halnya dengan Widodo. Perantau asal Jawa Timur ini mengaku tak tahu harus berbuat apa setelah dirinya dirumahkan. ”Kerjaan di sini sudah selesai. Bos sudah tak pakai saya karena pekerjaannya memang sudah beres. Saya juga bingung kalau berlama-lama di Sampit tak ada kerjaan. Yang ada nanti simpanan habis dan tak bisa pulang,” ungkap pria yang bekerja sebagai kuli bangunan ini.
Widodo juga mengaku terpaksa melakukan pemeriksaan rapid test karena hal itu menjadi suatu kewajiban yang harus dilampirkan sebelum berangkat.
”Mau bagaimana? Nasib tak ada kerjaan. Tidak rapid test tak bisa pulang. Akhirnya terpaksa rapid test karena wajib ditunjukkan saat naik kapal. Berlakunya juga cuma tiga hari,” ujar pria yang akan berangkat menggunakan kapal tujuan Sampit-Surabaya ini.
Terpisah, Pimpinan Cabang PT Dharma Lautan Utama (DLU) Sampit Hendrik Sugiharto membenarkan setiap penumpang kapalnya banyak yang keberatan dengan tingginya biaya rapid test.
”Mohon maaf, penumpang kapal rata-rata merupakan masyarakat menengah ke bawah. Tentu calon penumpang banyak yang keberatan dengan tingginya biaya rapid test,” kata Hendrik.
Menurutnya, setiap penumpang kapal banyak yang pulang ke kampung halaman karena sudah tidak ada kerjaan di Sampit. Dengan kondisi perekonomian yang sulit, mereka juga harus dibebankan pada tingginya tarif pembiayaan rapid test.
”Saya dukung kebijakan pemerintah. Pemeriksaan rapid test memang harus dilakukan sebagai bentuk pencegahan dini penularan Covid-19. Tetapi, persoalannya mereka yang pulang kampung naik kapal ini bukan keperluan mudik atau libur sekolah, tetapi karena sudah tak ada kerjaan lagi di Sampit,” ujarnya.
Dia khawatir tingginya biaya rapid test akan membuat perekonomian masyarakat semakin terpuruk. Dia berharap agar pemerintah dapat mengoptimalkan atau bahkan memfasilitasi pemeriksaan rapid test dengan keringanan biaya.
”Saya khawatir dengan kondisi seperti ini malah semakin menyulitkan perekonomian masyarakat. Kami berharap pemerintah bisa mengoptimalkan biaya rapid test dengan harga yang lebih murah dan terjangkau atau bahkan gratis,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, warga yang berniat keluar daerah menggunakan pesawat maupun kapal laut, rela membayar ratusan ribu rupiah untuk rapid test sebagai syarat jadi penumpang. Pantauan Radar Sampit, Klinik Seribu Dahan dan Neo Sigma ramai dikunjungi warga dengan keperluan sebagian besar melakukan pemeriksaan rapid test.
Kepala Klinik Seribu Dahan dan Neo Sigma Gary mengatakan, permintaan pemeriksaan rapid test mulai terjadi sejak sepekan lalu. Tepatnya saat angkutan transportasi udara dan air dan laut dilonggarkan.
”Peningkatan pasien mulai mengalami lonjakan sejak normal baru diberlakukan sepekan lalu. Akan tetapi, itu juga tergantung ada atau tidaknya jadwal penerbangan pesawat dan jadwal keberangkatan kapal,” kata Gary.
Gary mengatakan, dalam sehari permintaan pasien berkisar antara 80-100 pasien. Sebagian besar merupakan masyarakat yang berniat melakukan perjalanan lintas provinsi, terutama ke Pulau Jawa. Tarif layanan pemeriksaan rapid test dipatok sebesar Rp 450 ribu per orang. Untuk penumpang di Bandara Haji Asan Sampit dikenakan Rp 500 ribu karena harus menyewa tempat di bandara. (hgn/ign)