SAMPIT – Anggota Komisi I DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur Hairis Salamad prihatin melihat kondisi masyarakat pedalaman yang hidup dalam keterbatasan. Bahkan, harga bahan pokok sangat tinggi. Salah satunya mi instan yang dijual seharga Rp 15 ribu per bungkus. Kenaikan harga berlipat ganda itu lantaran akses ke wilayah itu sangat sulit dan berbahaya.
”Saya berkunjung ke Kecamatan Antang Kalang, sampai ke Tumbang Gagu yang merupakan desa paling ujung. Miris saya melihatnya. Saya hampir menangis melihat kondisi saudara kita di sana yang hidup serba keterbatasan. Harga mi goreng satu bungkus Rp 15 ribu. Harga solar Rp 30 ribu sampai Rp 35 ribu per liter. Ini fakta. Saya datang dan melihat sendiri di sana," kata Hairis saat rapat pembahasan RAPBD 2021, Kamis (19/11).
Hairis mengajak semua pihak lebih peduli dan tidak menutup mata terhadap nasib masyarakat pelosok. Semua pihak harus duduk bersama untuk mencari solusi yang cepat dan terbaik untuk mengatasi masalah tersebut. Menurut politisi yang merupakan Ketua Fraksi PAN ini, selama ini masyarakat Desa Tumbang Gagu belum merasakan kemerdekaan dalam beraktivitas karena masih terisolasi. Pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan masih sangat minim.
Keterisolasian itu membuat pembangunan desa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat jauh tertinggal. Masyarakat kesulitan membawa hasil pertanian, seperti karet, rotan, dan lainnya, karena belum ada jalan darat.
Apabila membawa hasil pertanian menggunakan perahu mesin dengan melintasi riam ganas, hasilnya belum sepadan karena biaya ongkos angkut sangat mahal. Informasi warga, biaya sewa perahu untuk pulang dan pergi ke pusat kecamatan saja mencapai Rp 5 juta - Rp 6 juta.
Kondisi ini tidak saja menghambat laju perekonomian masyarakat setempat, tetapi juga membuat beban hidup menjadi tinggi. Harga kebutuhan sangat mahal karena tingginya ongkos angkut dari pusat kecamatan.
Hairis membandingkan kondisi tersebut dengan kawasan transmigrasi di sejumlah lokasi di Kotim yang jauh lebih maju. Kondisi itu menurutnya cukup ironis, sehingga sudah seharusnya menjadi perhatian serius bersama. (ang/ign)