SAMPIT – Pelaksanaan debat publik pertama pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kotawaringin Timur (Kotim) membuat publik kecewa. Pasalnya, panggung yang seharusnya bisa menggali lebih dalam visi dan misi serta program pasangan calon, tak bisa dimaksimalkan dengan baik. Berbagai masalah merwanai jalannya salah satu tahapan pilkada itu.
Radar Sampit merangkum penilaian sejumlah warga Kotim, baik secara langsung maupun di media sosial terkait pelaksanaan debat yang berlangsung Senin (24/11) malam itu. Sebagian besar menilai faktor buruknya debat disebabkan moderator yang tak lincah serta terkesan gugup. Selain itu, sebagian paslon juga terlihat masih demam panggung, sehingga penyampaian di podium terkadang tak sesuai pertanyaan.
”Debatnya mengecewakan. Setiap calonnya terlihat tidak fokus. Ditanya apa, jawabnya ke mana,” kata Faisal, warga Baamang Barat, Selasa (24/11).
Warga lainnya, Yannur, mengatakan debat itu sebenarnya bisa jadi ajang semua paslon untuk memperkenalkan lebih jauh programnya untuk Kotim saat memimpin ke depan. Namun, paslon tak mampu memaksimalkan durasi waktu yang diberikan untuk menjawab secara cepat dan akurat permasalahan yang disodorkan moderator.
”Mungkin karena singkatnya waktu yang diberikan untuk menjawab pertanyaan, hanya 1,5 menit. Paslon berusaha berbicara dan berpikir cepat agar tak kehabisan waktu,” katanya.
Meski demikian, lanjut Yannur, hal itu jadi tantangan paslon karena berani mencalonkan diri. Pasalnya, apabila terpilih nantinya, pemimpin bisa dihadapkan pada situasi sulit dan memerlukan solusi yang cepat.
Secara umum, baik Faisal maupun Yannur mengaku debat bukan parameter mereka dalam menentukan pilihan calon pemimpin Kotim. Mereka mengaku sudah mempunyai paslon yang akan dipilih sebelum debat tersebut dilaksanakan.
Dalam debat publik yang dilaksanakan di gedung Serba Guna itu, kegiatan dipandu moderator Jairi, dosen perguruan tinggi di Palangka Raya. Tema yang diusung, ”Meningkatkan Kesejahteraan Kepada Masyarakat dalam Menyelesaikan Persoalan Daerah di Kotim di Masa Pandemi Covid-19.”
Kegiatan yang dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat itu juga terlihat masih sedikit kaku. Tidak hanya pasangan calon yang gugup dan grogi, moderator pun terlihat merasakan hal serupa, bahkan sempat lupa memberi kesempatan berbicara pasangan nomor urut 3, Supriadi untuk paparan dan pasangan nomor urut 2, Suprianti Rambat-Muhammad Arsyad untuk menanggapi jawaban pasangan calon lain.
Pada bagian lain, jalannya debat diwarnai salah jawaban atau jawaban tidak sesuai yang ditanyakan antar beberapa pasangan calon. Ada pula pasangan calon yang justru menyatakan kesamaan pendapat atau jawaban dengan pasangan calon lainnya yang menjawab pertanyaan mereka.
Saat disodori pertanyaan program strategis untuk memajukan perekonomian desa, memperbaiki infrastruktur, serta pelestarian hutan dengan basis kearifan lokal, paslon nomor urut 2, Suprianti Rambat-Muhammad Arsyad yang mendapat kesempatan pertama menjawab, mengatakan, perambahan hutan dapat diselesaikan dengan solusi memberikan perhatian untuk membentuk sumber daya manusia agar menyadari aturan, sehingga tidak menimbulkan pelanggaran.
”Kami ingin menumbuhkan kesadaran untuk hidup bersih dan sehat guna mencapai kesehatan yang maksimal. Dari sisi perambahan hutan, kami akan memberikan pelatihan sehingga membentuk SDM desa yang tertinggal sekaligus menyadarkan masyarakat terhadap aturan,” ujar Suprianti.
Arsyad menambahkan, kesejahteraan masyarakat di desa dapat terwujud dengan mengutamakan pembangunan infastruktur dan peningkatan ekonomis. “Pembangunan infrstruktur menjadi prioritas utama kami dan tentu sektor pertanian di wilayah selatan akan kami sentuh melalui bantuan bibit dan lain-lain,” katanya.
Supriadi, calon wakil bupati Kotim nomor urut 3 yang tampil solo mengatakan, akan menghijaukan kembali lahan gundul dengan memanfaatkan lahan tidur 40 ribu hektare di Kotim dengan menanam jagung untuk sumber pendapatan masyarakat.
”Berkaitan dengan pencemaran, kami ingin agar ada kesadaran pihak swasta taat aturan dan taat asas. Terhadap tambang liar kami akan memberikan wilayah pertambangan rakyat agar masyarakat dapat melaksanakan aktivitas dan diberikan kesempatan memiliki legalitas yang resmi sesuai aturan. Kami, PANTAS akan memberikan yang terbaik untuk masyarakat,” ujarnya.
Paslon nomor 4, Rudini-Samsudin mengatakan, pemerataan infastruktur menjadi program prioritas pihaknya. Paslon itu juga akan bekerja sama dengan pihak ketiga dalam membangun infrastruktur dan mempermudah perizinan.
Sementara paslon nomor urut 1, Halikinnor-Irawati, mengatakan, akan menggalakkan hutan tanaman rakyat untuk tanaman komoditi sawit, sehingga kelestarian hutan bisa tetap terjaga. Pihaknya juga akan membina penambang liar, karena pertambangan merupakan lapangan kerja.
”Kami akan bantu wilayah khusus area pertambangan rakyat yang memang sesuai dengan tata ruang. Terhadap infstruktur untuk menebus isolasi desa, kami akan bekerja sama dengan perusahaan daerah, karena Pemkab tidak mungkin membiayai semua itu,” kata Halikinnor.
Pada segmen empat, sesi tanya jawab antarpaslon yang sebenarnya paling ditunggu, tak memperlihatkan debat sesungguhnya. Bahkan, antara pertanyaan dan jawaban yang disampaikan paslon terkadang bisa tak saling berkaitan.
Saat paslon nomor 2 Suprianti-Arsyad diberikan kesempatan bertanya pada paslon nomor 4, Rudini-Samsudin, misalnya. Arsyad mempertanyakan cara mengatasi konflik antara investor dengan masyarakat yang kerap terjadi di Kotim dan solusi agar investasi bisa berkembang dan masyarakat bisa hidup harmonis dengan investor.
Menjawab itu, Rudini mengatakan, pihaknya memmiliki program mengembangkan BUMD. Perusahaan daerah akan bekerja sama dengan investor untuk kepentingan masyarakat. Menurutnya, BUMDes yang ada sekarang tidak berjalan, padahal itu jadi sumber ekonomi daerah. (hgn/ant/ign)