PANGKALAN BUN - Belum genap tiga bulan kawasan Car Free Day (CFD) di Jalan Samari, Kelurahan Madurejo dibuka, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat harus menutupnya kembali. Penutupan tersebut sebagai imbas dari lonjakan kasus coronavirus disease atau Covid-19 di wilayah tersebut.
Wakil Bupati Kotawaringin Barat Ahmadi Riansyah mengatakan, setelah mencermati jumlah penularan Covid-19 di Kabupaten Kotawaringin Barat dan berdasarkan kajian epidemiologi, maka pemerintah daerah memutuskan untuk menutup sementara kegiatan Car Free Day.
Penutupan CFD dilaksanakan hingga batas waktu yang belum ditentukan, pembukaan kembali CFD tergantung dengan kondisi Covid-19 di Kobar dapat dikendalikan atau melihat kasusnya kembali normal. "Keputusan penutupan Car Free Day berdasarkan hasil kajian epidemiologi dan kesehatan. Kita belum tahu sampai kapan penutupan ini berakhir, karena peningkatan kasus Covid-19 di Kobar terus terjadi," ujarnya, Senin (30/11).
Ditegaskannya bahwa penutupan Car Free Day secara resmi mulai berlaku pada Minggu depan dan diharap semua pelaku UKM dapat memaklumi keputusan pemerintah daerah.
Ahmadi juga menyebut bahwa keputusan penutupan CFD sudah melalui pertimbangan dan koordinasi dengan asosiasi pedagang Car Free Day dan pada prinsipnya mendukung kebijakan yang diambil oleh Pemkab Kobar untuk kebaikan bersama.
Untuk itu ia mengimbau kepada masyarakat Kobar untuk bersama-sama memutus mata rantai penularan Covid-19 di Bumi Marunting Batu Aji, dengan tetap menjaga protokol kesehatan, menegakkan disiplin protokol kesehatan dengan menerapkan 4 M. "Patuhi 4 M, menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menghindari kerumunan," tegasnya.
Menurutnya tanpa dukungan masyarakat, tidak mungkin pandemi Covid-19 di Kotawaringin Barat dapat berlalu, karena pemerintah tidak dapat bekerja sendiri.
Karena sebesar apapun anggaran yang dikucurkan, dan dibutuhkan oleh pemkab tidak akan pernah cukup, dan upaya ini merupakan gerakan bersama yang harus dilakukan dengan sinergitas antara masyarakat dan pemerintah daerah.
Ia juga menegaskan bahwa dalam hal ini pemerintah daerah juga harus menyadari dan memberi contoh untuk tidak melakukan kegiatan yang mengumpulkan orang banyak yang berpotensi memunculkan penyebaran Covid-19. Sisi ekonomi dan kesehatan merupakan dua hal yang sangat penting, dan yang perlu disadari bahwa pemerintah tidak hanya melihat dari sisi kesehatannya saja dan mengindahkan sektor ekonominya.
"Dan agar sektor ekonomi dan sisi kesehatan dapat berjalan dengan baik, maka masyarakat harus disiplin dengan meneparkan protokol kesehatan, dan kalau hal itu tidak dilakukan saya agak pesimis Covid-19 dapat kita kendalikan," imbuhnya.
Kendati demikian, peningkatan kasus Covid-19 di Kobar bukan merupakan satu kegagalan pemerintah daerah dalam menangani Covid-19, karena seperti di ketahui bahwa Kobar merupakan salah satu kabupaten terbaik di Kalteng dalam penanggulangan Covid-19. Ia menyebut peningkatan merupakan bentuk upaya aktif pemerintah daerah dalam melaksanakan 3T, yaitu tracking, testing, dan treatmen.
Pasalnya saat ini rata-rata perminggu hasil tes yang didapatkan mencapai 400 sampel, dan rata-rata di Kobar 327 dan hampir dengan rata-rata yang direkomendasikan oleh WHO. "Ini salah satu bentuk upaya maksimal yang dilakukan oleh pemkab, bagaimana melakukan testing, dan berupaya menurunkan tingkat penularan di tengah masyarakat, dan mengupayakan penularan di bawah rata-rata yaitu di angka 2,5 dan Kobar masih berada di angka 2,1," pungkasnya. (tyo/sla)