PANGKALAN BUN - Salah satu buaya Sungai Kumai yang selama ini meneror warga setempat akhirnya tak berkutik di tangan sejumlah pemuda yang tergabung dalam Komunitas Pecinta Reptil (Koper) Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar). Predator sepanjang dua meter lebih itu disergap saat mencari daratan saat Sungai Kumai pasang pada Minggu (17/1)sekitar pukul 21.30 WIB.
Warga sempat dibuat heran karena empat pemuda penakluk buaya itu hanya hanya menggunakan selembar kaos yang mereka kenakan. Kaos tersebut digunakan untuk menutup mata buaya dan membungkam mulutnya.
Namun mereka masih sanksi bahwa buaya tersebut adalah buaya yang selama ini dicari-cari warga, mereka menduga masih ada buaya lain yang berkeliaran di lokasi tersebut.
Diasz salah satu pemuda tersebut menceritakan bahwa ia bersama tiga rekannya, Heru, Hengky, dan Ali sebenarnya berniat berburu ular jenis ekor cincin emas yang meresahkan masyarakat saat sedang mencari kapah (kerang).
Ular-ular berbisa tersebut dikhawatirkan dapat membahayakan aktivitas warga. Namun saat mereka menyusuri hutan bakau dan nipah di kawasan tepian Sungai Kumai, Desa Kapitan, mereka justru melihat seekor buaya berjalan pelan menuju daratan dekat galian alat berat.
“Kami coba menjauh dulu untuk memberikan kesempatan buaya itu mencapai daratan sambil kita susun strategi. Kita memang berpengalaman dengan buaya tapi tetap saja berbahaya, salah perhitungan nyawa taruhannya,” katanya.
Setelah buaya tersebut sampai di darat dan berdiam diri mereka perlahan-lahan mendekat. Saat itu tangan kekar Diaz langsung menyambar ekor buaya tersebut. Ketiga temannya juga ikut memegang ekor buaya, kemudian Diaz langsung naik ke punggung buaya, baju ditutupkan ke mata dan juga membekap moncongnya.
Buaya tidak berkutik keempat kaki diikat tali dan mereka mengangkat buaya tersebut naik lebih jauh kedaratan agar mempermudah evakuasi. “Sebenarnya kita niatnya mencari ular ekor cincin emas yang banyak di sini, karena banyak warga yang takut mencari kerang. Kami mau mengurangi populasinya dan memindahkan ke tempat yang lebih aman, tapi malah ketemu buaya, jadi kami tangkap sekalian,” ujarnya, Senin (18/1).
Sebelum diserahkan ke BKSDA SKW II Pangkalan Bun untuk kembali dilepasliarkan jauh dari permukiman masyarakat, buaya jenis muara tersebut terlebih dahulu dibawa ke rumah mereka.
Ada yang menarik saat proses evakuasi karena rumah pemuda Kumai yang jadikan tempat evakuasi sementara berada di dalam gang, dua orang petugas BKSDA terpaksa menggendong buaya tersebut ke jalan utama.
Saat ini reptil yang dikenal memiliki gigitan terkuat di dunia itu sudah dibawa ke kantor BKSDA Pangkalan Bun di Jalan HM Rafii. “Betul, sudah kami evakuasi ke Kantor BKSDA dan rencana mau dilepasliarkan ke SM (Suaka Margasatwa) Lamandau,” imbuhnya. (tyo/sla)