PANGKALAN BUN - Semakin seringnya kemunculan buaya di tepi Sungai Kumai, Desa Sungai Kapitan, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) membuat warga semakin khawatir terhadap keselamatan mereka.
Berbagai upaya telah dilakukan, mulai dari menangkap hingga mengusirnya. Namun buaya - buaya berbagai ukuran itu seolah enggan meninggalkan tempat tersebut. Setelah pergi, tidak berapa lama akan kembali lagi ke tempat semula.
Diakui warga bahwa Sungai Kumai merupakan habitat aslinya. Saat ini seiring perkembangan pembangunan maka tempat tersebut juga semakin ramai, terlebih banyak warga melakukan aktivitas di sekitar dermaga Pertamina.
Masyarakat yang sering beraktivitas adalah pencari nipah dan nelayan. Ditakutkan buaya yang berukuran antara 2 hingga 3 meter tersebut menyerang mereka ketika sedang bekerja.
Sungai Kumai juga diketahui sering digunakan anak-anak untuk berenang. Salah seorang warga Kumai, Ujang Sofiansyah, mengaku berupaya menangkap predator ganas itu, namun belum membuahkan hasil. Berbagai cara telah dilakukan dari manual hingga dengan menggunakan alat.
"Saya heran, padahal kita sudah buru dengan menyisir hutan nipah, tapi tidak kita temui tetapi saat kita lengah mereka muncul dan berjemur," ujarnya, Jumat (5/3).
Saat ini ia bersama warga lainnya juga sedang berupaya memancing kehadiran buaya tersebut dengan cara meletakan beberapa daging segar di seutas tali yang diikatkan di pohon tidak berapa jauh dari tempat buaya sering muncul.
Rencananya, bila buaya tersebut muncul kembali mereka akan segera menangkapnya dengan alat sederhana seperti tali tambang.
Sementara Heru, salah seorang anggota Komunitas Pecinta Reptil Kumai mengungkapkan, buaya-buaya tersebut merupakan buaya yang setahun silam mereka jumpai di salah satu anak Sungai Kumai dengan jumlah belasan. Diduga buaya yang sudah beranjak remaja ini ukurannya bahkan ada yang lebih besar dari buaya yang sering muncul di tepi sungai Kumai, karena setahun silam ukuran buaya-buaya tersebut masih sekita 60 centimeter.
"Kita cuma khawatir kalau buaya tersebut menyerang manusia, karena memang tempat munculnya buaya tersebut terkadang ramai oleh aktivitas warga. BKSDA sudah pasang papan peringatan di beberapa titik," pungkasnya. (tyo/yit)