Pasca keputusan pemerintah daerah menerima eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) tetap tinggal di Sukamara. Bagaimana kondisi mereka sekarang di Desa Kartamulia.
FAUZIANNUR, Sukamara
MENUJU lokasi pemukiman eks Gafatar di Desa Kartamulia tidaklah jauh dari kota Sukamara, kurang dari 10 menit menggunakan sepeda motor sudah sampai.
Dari jalan poros Kartamulia, tepat di sebuah tikungan tajam, sudah terlihat beberapa rumah berdinding kayu beratap seng di sekelilingnya tumbuh berbagai jenis sayur mayur.
Di sanalah mereka memulai hidup baru dan mulai membaur dengan masyarakat. Sebagian mereka tetap melakoni bercocok tanam, sebagian lagi mencoba peruntungan nasib dengan berjualan panganan keliling maupun menjadi buruh tani di kebun warga.
Untuk hidup di Sukamara yang biaya hidup tergolong tinggi, mereka mengaku tak bisa mengandalkan bertani semata.
“Bertani masih tetap, tetapi sebagian juga ada bekerja diluar. Jika mengandalkan dari bercocok tanam saja, hanya bisa untuk makan,” ujar Edi, salah seorang warga eks Gafatar.
Pasca diizinkan tetap tinggal di Sukamara, memang membuat mereka bernafas lega dan tidak lagi was-was. Berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup pun sudah lebih nyaman dan tenang, meski masih ada masyarakat yang memperhatikan mereka saat di tengah keramaian. Namun mereka menganggap masih wajar dan mengabaikan saja.
“Sekarang lebih nyaman di banding sebelumnya. Kami juga ada diundang kegiatan keagamaan. Kemarin saat peringatan Isra Miraj, saya hadir. Saya duduk di barisan depan, agak malu juga sih, orang-orang pada melihat ke saya,” ceritanya.
Di singgung mengenai pembinaan, Edi mengaku sementara ini tidak ada kegiatan khusus yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun instansi terkait.
Kendati demikian, mereka berusaha mentaati sumpah janji yang sudah diucapkan. Begitupun secara keorganisasian, mereka mengaku sudah terputus, sehingga saat ini hanya melanjutkan kehidupan secara pribadi.
“Memang ada yang mengajak mendalami ilmu agama. Kami siap saja, asalkan tempatnya jangan di sini, karena khawatir akan muncul pandangan orang bahwa kami sedang mengadakan kegiatan, padahal bukan. Jika memang bisa, atur saja jadwal dan tempatnya kami yang akan datang,” ujarnya.
Begitupun dengan anak-anak mereka, masih belum bersekolah dan menunggu ajaran tahun baru. Beberapa di antaranya sudah ada masuk SMP. (***/fm)