PANGKALAN LADA - Ingin kejelasan nasib anaknya dan juga pertanggungjawaban dari pelaku pencabulan, keluarga gadis tunanetra di Desa Pangkalan Tiga, Kecamatan Pangkalan Lada, menginginkan tes deoxyribose-nucleic acid (DNA) setelah sang bayi dilahirkan.  

”Kalau terduga pelaku masih mengelak, bisa juga nanti dilakukan tes DNA,” ujar ayah korban.

Dengan tes DNA tersebut pihaknya berharap agar bisa terkuak siapa pelaku sebenarnya perbuatan cabul tersebut. Namun pihaknya tetap yakin dengan pengakuan anaknya.

”Saya lebih percaya anak saya, dan saya juga yakin kalau anak saya mengenal dengan jelas suara terduga pelaku. Dan meski tidak bisa melihat, namun pendengaran anak saya sangat tajam dan tidak akan salah mengenali suara dari orang-orang yang telah dikenalnya,” tambah kepala keluarga yang datang ke Pangkalan Tiga saat masa transmigrasi tahun 1983 silam.

Pihaknya berharap agar dari pihak pelaku tidak lagi mengaburkan permasalahan tersebut dan segera melaksanakan perjanjian yang telah mereka buat dan setujui.

”Lebih baik segera dilaksanakan saja isi perjanjian itu, kasihan nanti anak saya makin hari tambah besar perutnya,” tambahnya.

Terkait keinginan keluarga korban melakukan tes DNA, pihak keluarga terduga pelaku pencabulan juga siap melaksanakannya. Bahkan terduga pelaku juga siap menaggung biaya tes tersebut.

”Kita siap saja melakukan tes DNA itu. Malah lebih bagus agar semua tahu apakah saya pelakunya atau bukan,” katanya.

Jika setelah tes terbukti bukan dia pelakunya, pihaknya menuntut pemulihan nama baik. Kalau perlu dari pihak pemerintah desa mengundang warga untuk melakukan pertemuan guna membersihakn nama baiknya dan juga keluarga.

”Tapi kalau tidak terbukti saya bapaknya, saya minta pemulihan nama baik saya dan juga keluarga,” katanya. (sla/yit)

Baca Juga: Bejat, Gadis Buta Dicabuli Pria Tua, Suruh Tanggung Jawab ehhh Enggak Ngaku