Para pelaku usaha pariwisata di Pantai Kubu, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) ramai-ramai banting setir, sejak beberapa tahun terakhir mereka tidak bisa lagi menggantungkan hidupnya dari sektor yang menjadi unggulan Kobar ini. Setiap tahunnya jumlah kunjungan ke destinasi wisata pantai di pesisir terpadu di Pantai Kubu, Bogam dan Keraya (Bugam Raya) terus mengalami penurunan. Hal itu berdampak besar bagi masyarakat desa setempat yang bermatapencaharian dari sektor wisata.
Dampak yang paling dirasakan adalah pelaku wisata jasa penyeberangan, mereka sudah putus asa lantaran kunjungan ke Pantai Kubu sangat sepi. Tidak sedikit pemilik perahu wisata banting setir dengan menggeluti usaha lainnya. Dari puluhan pelaku wisata atau pemilik kelotok wisata, sebagian sudah banting setir ke usaha pertambangan yang saat ini menjadi primadona baru bagi warga desa di Kubu karena lebih menjanjikan.
Mereka bergabung dengan perusahaan pertambangan menjadi karyawan dan meninggalkan usaha yang sejatinya sudah mereka rintis sejak lama. Salah satunya adalah Durani, pria paruh baya ini hingga menjual kelotok wisata miliknya, padahal kelotoknya merupakan kelotok wisata paling keren yang ada di Desa Kubu. “Biaya perawatannya banyak, tapi kunjungan semakin menurun, bahkan wisatawan yang menyeberang ke Taman Wisata Alam (TWA) Tanjung Keluang juga semakin sedikit,” keluh Durani. Terpaksa ia menjual kelotok wisata miliknya, dan saat ini ia menggunakan hasil penjualan kelotok wisata untuk modal usaha berjualan hasil laut di Kota Pangkalan Bun.
Warga Desa Kubu, dan juga salah seorang pegiat usaha wisata, Reza mengakui bahwa saat ini kondisi pariwisata sedang sakit, tingkat kunjungan tidak seperti beberapa tahun silam, ia mengaku saat ini alih profesi sebagai karyawan pertambangan pasir silika di Desa Kubu. “Sebagian dari pelaku usaha wisata, khususnya pemilik Kelotok wisata sudah beralih profesi baik di bidang pertambangan maupun bidang lainnya,” ujarnya.
Menurutnya dahulu untuk mencari penghasilan dari jasa penyeberangan begitu mudah, dalam sehari mereka rata-rata mampu mengumpulkan Rp500 ribu, dan penghasilan bertambah berkali lipat saat libur hari besar keagamaan dan tahun Baru. Disebutkannya dari 20 lebih jumlah kelotok wisata yang parkir di dermaga Kubu, saat ini hanya tersisa tidak lebih dari 5 unit yang masih beroperasi.
“Rata-rata sudah dijual kelotoknya, hanya tersisa beberapa unit saja, ini sangat memprihatikan bila tidak mendapat perhatian pemerintah daerah,” pungkasnya. (tyo/fm)