Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Barat mencatat hutan seluas 419,5 hektare di pesisir Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), terbakar sejak periode Januari hingga September 2023, dengan jumlah kejadian sebanyak 57 kali. Hutan yang terbakar di Desa Kubu, Desa Sungai Bakau, Desa Keraya, dan Desa Sebuai Timur diprediksi bertambah luas. Hingga kini ada karhutla di beberapa desa yang belum dapat dipadamkan. Begitu pula dengan kejadian sebelumnya, ada karhutla di pesisir Kumai yang luasannya tidak diketahui.
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Kobar Martogi Sialagan menyampaikan, total luasan area hutan dan lahan yang terbakar di Kabupaten Kobar mencapai 801,6 hektare sepanjang Januari hingga September 2023. “Dari total luasan yang terbakar 801,6 hektare, yang dapat dipadamkan oleh tim gabungan luasannya mencapai 374,6 hektare,” ungkapnya, Senin (02/10). Sementara itu peristiwa karhutla yang terjadi sejak Januari hingga September 2023 totalnya mencapai 161 kejadian, dengan 57 kali diantaranya terjadi di pesisir Kumai.
Ratusan kejadian karhutla tersebut terjadi di lima kecamatan, diantaranya Kecamatan Kumai, Arut Selatan, Pangkalan Banteng, Pangkalan Lada serta Kecamatan Kotawaringin Lama. “Peristiwa didominasi oleh faktor kesengajaan, yaitu pembukaan lahan dengan cara dibakar untuk kepentingan perkebunan dan pertanian,” tegasnya. Menurutnya, karhutla terparah terjadi pada tiga bulan terakhir yaitu di periode bulan Agustus dan September 2023, hal itu didasarkan hampir setiap hari Karhutla terjadi dengan luasan area yang terbakar bervariatif. Beberapa titik karhutla yang ditangani oleh tim bahkan hingga memakan waktu berhari-hari bahkan ada yang lebih dari 1 Minggu, khususnya di pesisir Kecamatan Kumai, dan di wilayah-wilayah yang jenis tanahnya berupa gambut dalam. “Bahkan ada yang tidak bisa tertangani oleh tim gabungan seperti yang terjadi di akhir bulan September yang melanda 4 desa di pesisir Kumai, yaitu, Desa Kubu, Sungai Bakau, Keraya, dan Sebuai Timur, bahkan luasan lahannya hingga saat ini belum dapat kita hitung,” pungkasnya. (tyo/yit)