KUALA KURUN – Meskipun Pemerintah Kabupaten Gunung Mas (Gumas) sudah melakukan berbagai upaya, namun sampai saat ini kualitas pendidikan belum sesuai dengan yang diharapkan.
”Itu dibuktikan dengan masih banyaknya infrastruktur dan fasilitas pendidikan yang kurang memadai, dan peserta didik yang tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang lebih tinggi,” ucap anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Gunung Mas (Gumas) Untung Jaya Bangas saat menanggapi Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Kamis (2/5).
Saat ini, Kabupaten Gumas sudah memiliki Peraturan Daerah (Perda) Nomor 7 Tahun 2013 tentang Wajib Belajar 12 Tahun. Akan tetapi, penerapan perda itu belum maksimal, karena masih banyak anak-anak putus sekolah. Ini diperparah dengan tingkat kedisiplinan guru yang masih sangat kurang.
”Anak yang putus sekolah itu disebabkan beberapa hal, seperti faktor ekonomi, jauhnya jarak sekolah untuk menempuh pendidikan lebih tinggi, pernikahan usia dini dan lainnya,” tutur Politikus Partai Demokrat ini.
Dia juga meminta kepada pemkab melalui dinas pendidikan, kepemudaan dan olahraga (disdikpora) setempat agar memikirkan program yang bisa mengatasi kekurangan yang ada, seperti membangun fasilitas pendidikan layak, ciptakan minat anak-anak untuk sekolah kejenjang yang lebih tinggi serta memberikan beasiswa belajar.
”Kami juga ingin disdikpora melakukan pengawasan lebih dan tindakan tegas kepada guru yang kurang disiplin, dan memberikan penghargaan kepada guru berprestasi,” tegasnya.
Dengan semua upaya itu, diharapkan dunia pendidikan akan semakin maju dan tercipta sumber daya manusia (SDM) handal dan berkualitas, serta memiliki jiwa untuk membangun Bumi Habangkalan Penyang Karuhei Tatau.
”Program smart human resources harus terus digalakkan untuk menciptakan generasi muda cerdas yang mampu membangun daerah menjadi lebih baik, menuju masyarakat sejahtera dan bermartabat,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Disdikpora Kabupaten Gumas Aprianto mengakui, cukup banyak anak yang putus sekolah. Angka partisipasi dari anak yang melanjutkan pendidikan di jenjang Sekolah Dasar (SD) ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) rata-rata berkurang 20 persen.
”Ketika ada anak lulus SD, maka peluang untuk melanjutkan ke jenjang SMP itu akan berkurang. Ini disebabkan terkendala jarak sekolah yang jauh dari desa, dan faktor ekonomi dari keluarga anak,” terangnya.
Untuk kendala jarak, tambah dia, harus ada upaya perbaikan infrastruktur jalan sehingga jarak tidak lagi menjadi permasalahan dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan faktor ekonomi, harus ada usaha untuk meningkatkan perekonomian keluarga.
”Kami juga akan terus menggaungkan ke seluruh sekolah, para guru, dan orang tua agar mengajak anak melanjutkan pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup. Tanpa pendidikan, kita tidak bisa berbuat apa-apa,” tukasnya. (arm/yit)