SAMPIT – Dinas Perikanan Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) memberikan pelatihan budidaya ikan dengan sistem bioflok kepada warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas IIB Sampit. Pembukaan kegiatan itu dilaksanakan di aula lantai instansi tersebut, Rabu (8/6).
Kepala Dinas Perikanan Kotim Ahmad Sarwo Oboi melalui JF (Jabatan Fungsional) Analis Akuakultur Bakhtiar sebagai instruktur pelatihan mengatakan, budidaya ikan dengan sistem atau teknologi bioflok menjadi pilihan tepat untuk budidaya ikan. Pasalnya, menghemat biaya operasional, mulai dari efisiensi pakan dan lebih hemat penggunaan air, sehingga lebih ramah lingkungan.
”Keuntungan kolam dengan sistem bioflok antara lain adalah hemat air, kemudian padat tebar bibit ikan lebih tinggi, sementara dari segi pemanfaatan air bisa digunakan untuk aquaponik, karena airnya yang sudah mengandung zat hara yang siap diserap tanaman," ujarnya.
Di Lapas Kelas IIB Sampit saat ini ada 12 kolam terpal bundar yang digunakan untuk pembudidayaan ikan. Terdiri dari 6 kolam besar ukuran diameter 3 dan kolam kecil ukuran diameter 2.
Dia menuturkan, umumnya orang beranggapan bahwa kolam terpal bundar merupakan kolam bioflok. Padahal, bioflok adalah sistem atau teknologi dalam budidaya ikan.
”Beberapa tahun lalu, di Lapas ini juga kami mendampingi WBP melakukan budidaya ikan, namun tidak menggunakan sistem bioflok, hanya kolam biasa dengan budidaya ikan pada umumnya. Orang berasumsi kolam terpal bundar itu adalah bioflok, padahal yang dinamakan bioflok itu adalah sistem budidayanya. Dan saat ini di Lapas sedang dilakukan pelatihan budidaya menggunakan sistem bioflok," katanya.
Salah satu kelemahan sistem bioflok adalah listrik yang harus selalu dihidupkan. Untuk memperbanyak kandungan oksigen di air, kolam memerlukan aerator. Ketika aerator berhenti, maka yang ada di air adalah nitrat, bukan oksigen. Hal ini akan mengubah air menjadi asam.
”Bioflok agak rumit. Memerlukan salah satunya aerator yang harus jalan terus, sehingga listrik jangan sampai padam. Fungsi aerator, selain menghasilkan oksigen, juga agar antara sisa pakan, kotoran, dan probiotik tercampur dalam air, sehingga membentuk gel atau gumpalan, dan gumpalan inilah yang dinamakan flok," jelasnya.
Lebih lanjut dikatakan, dengan sistem bioflok kualitas air menjadi lebih baik dan bahan organik didaur ulang menjadi flok yang dapat dimakan oleh ikan. Fungsi bioflok salah satunya adalah untuk menghemat pakan, karena air yang mengandung nutrisi yang fungsinya juga sebagai sumber pakan.
Sementara itu, Kepala Seksi Bimbingan Narapidana Anak Didik dan Kegiatan Kerja Lapas Kelas IIB Sampit Saiful mengatakan, pelatihan budidaya ikan yang diberikan kepada 40 WBP diharapkan dapat diterapkan warga binaan jika nantinya mereka sudah menghirup udara bebas.
”Harapan kami pada dasarnya berharap mereka tidak balik lagi. Alasan kita meminta pelatihan sistem bioflok, karena sistem ini mempunyai beberapa keuntungan. Pertama, masalah bahan makanan lebih kecil daripada kolam konvensional, kemudian perkembangannya lebih cepat. Jadi, kami berharap mereka bisa menerapkan nanti setelah keluar dari lapas dan akhirnya tidak berpikir melakukan pekerjaan yang melanggar hukum lagi," katanya. (yn/ign)