PANGKALAN BANTENG – Hanya karena saling ejek masalah perguruan silat, Jl dan Rz saling baku pukul seusai jam sekolah, Senin (8/8) siang. Dua ABG yang masih kelas I SMP di Pangkalan Banteng ini harus digiring ke Mapolsek Pangkalan Banteng untuk mediasi.
Sulisno, orang tua Rz, tidak terima mata kanan anaknya lebam dan berdarah yang diduga akibat pukulan telak yang dilakukan oleh Jl. Pihaknya tidak terima dengan perlakuan kasar yang dilakukan Jl. Pasalnya pukulan yang mengenai mata anaknya dinilai sangat membahayakan.
”Mau enggak marah bagaimana, dari mata anak saya sampai keluar darah. Kalau sampai buta bagaimana masa depan dia. Untung saya masih bisa bersabar. Kalau tidak, saya bisa balas menghajar anak itu (Jl),” ujarnya saat di Mapolsek Pangkalan Banteng.
Sementara itu, Mujito orang tua Jl, mengatakan bahwa pihaknya siap bertanggung jawab dengan membayar biaya pengobatan Rz. Namun pihaknya berharap agar keluarga mereka bisa saling mengerti dan tidak memusuhi keluarganya.
---------- SPLIT TEXT ----------
”Saya tahu itu salah, sebagai orang tua terus terang saya kecewa. Namun kita siap bertanggung jawab untuk membiayai pengobatannya,” katanya.
Kapolsek Pangkalan Banteng Ipda Imam Sahrofi melalui Kanit Provos Polsek Pangkalan Banteng Bripka Hadi mengungkapkan bahwa kedua bocah yang merupakan teman satu kelas di salah satu SMP Negeri di Pangkalan Banteng itu sama-sama tersinggung setelah keduanya saling mengejek perguruan silat yang tempat mereka belajar bela diri.
”Namanya ABG, saling ejek langsung berantem. Apesnya Riza kena pukul di mata kanannya,” ujarnya.
Dalam mediasi itu sempat terjadi adu mulut antara dua keluarga, namun akhirnya semua dapat diselesaikan secara kekeluargaan setelah keduanya membuat dan menendatangani surat perjanjian.
”Selain saling memaafkan, keluarga Jamil bersedia membiayai pengobatan dari luka lebam yang diderita Riza,” terangnya.
---------- SPLIT TEXT ----------
Terkait hal itu, lanjut Hadi, para orang tua dan juga para pengurus perguruan diharapkan bisa memberikan pengertian bahwa ikut perguruan bela diri bukan untuk membuktikan siapa yang terbaik. Seni bela diri sebagai bagian dari olahraga dan juga untuk perlindungan diri.
”Setiap perguruan silat ataupun karate didirikan dengan tujuan yang baik. Oleh karena itu para pengurus diharapkan bisa memberikan pembekalan dan juga pendampingan agar kejadian semacam ini tidak kembali terulang,” harapnya.
Setelah proses perdamaian rampung, pihaknya juga berpesan agar kedua keluarga tidak lagi saling bermusuhan. Sebab mereka sama-sama merupakan warga Desa Karang Mulya.
”Bisa dibilang tetanggaan, beda RT saja. Kita sudah pesan ke mereka agar tidak lagi ada permusuhan atau dendam yang nantinya bisa merugikan mereka sendiri,” pungkasnya. (sla/yit)