SAMPIT – Masyarakat Kotawaringin Timur (Kotim) masih memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Tolong menolong dengan sesama, meski tak saling kenal, masih bisa dilihat di Kota Sampit yang kian maju dan berkembang. Jaleha (62), misalnya, warga Jalan DI Panjaitan yang menderita kelumpuhan ini, mendapat bantuan dari berbagai kalangan.
Kemarin, di dekat Pasar Sejumput, saat nenek tersebut berjalan menggunakan kereta kayu sederhana berbentuk segi empat persegi dengan empat roda kecil di bawahnya, dia mendorong keretanya menggunakan tangan. Saat itulah seorang ibu berinisial DW turun tangan membantu nenek itu menarik keretanya.
”Saya kasihan lihat nenek itu. Takut kena tabrak karena banyak kendaraan di jalan, jadi saya tolong dia. Saya tanya dari mana, katanya dari pasar habis belanja,” kata DW, Jumat (19/8). Dia meminta namanya diinisialkan.
Sepanjang jalan saat diantar pulang, banyak masyarakat yang membantu dengan memberi Jaleha uang. Sementara DW yang membantu mendorong kereta Jaleha, setia mengantarnya sampai kediamannya. Tak lupa dia juga memberi bantuan uang.
Nur Aisah (48), tetangga Jaleha mengatakan, kaki nenek itu lumpuh karena ditabrak mobil. ”Nenek ini sudah kurang lebih satu tahun lumpuh. Dulu ditabrak lari. Sewaktu ditabrak, uang nenek ini habis, mungkin diambil si pelaku. Pelakunya kabur dan masih belum tahu sampai sekarang,” katanya.
Saat kecelakaan tersebut, tuturnya, Jaleha koma selama lima hari di RS dr Murjani Sampit. Beruntung biaya pengobatan sepenuhnya ditanggung pihak rumah sakit. Hal itu sangat membantunya. Apalagi Jaleha hidup sendiri. ”Dia tidak punya anak, juga tidak punya suami,” tambah Nur Aisah.
Nur Aisah mengatakan, Jaleha mendapatkan bantuan uang dari orang-orang yang melihatnya di jalan saat pergi ke pasar dan komunitas mahasiswa STIKIP Muhammadiyah Sampit. Uang yang diperolehnya digunakan untuk membeli makanan dan berobat.
Selain itu, Jaleha juga mendapatkan bantuan laun pauk dari tetangganya dan dari pedagang pasar berupa makanan seperti gorengan, kue, dan barang lainnya. ”Saya terserah Yang Maha Kuasa saja, karena rezeki datang dari Allah. Saya ke pasar mau belanja, tapi diberi cuma-cuma oleh para pedagang di pasar. Saya juga tiap bulan mendapatkan bantuan uang Rp 200 ribu dari mahasiswa STIKIP Muhammadiyah,” kata Jaleha.
Jaleha mengungkapkan, para mahasiswa itu juga pernah memberinya beras, dispenser, dan kipas angin. ”Saya hanya bisa mendoakan mereka yang sering menolong saya, semoga diberi kemudahan rezeki oleh Allah,” ujarnya.
Misbachul Munir, pelaksana lapangan komunitas Laskar Al-Ma’un sekaligus mahasiswa STIKIP Muhammadiyah Sampit mengatakan, pihaknya memang memberikan uang setiap bulan kepada Jaleha. Uang itu diperoleh dari penggalangan dana para anggota komunitas Laskar Al-Ma’un.
Menurutnya, komunitas itu memang dibangun untuk memberikan bantuan sosial. ”Selain uang, kami juga kadang memberi beras. Untuk anggota laskar Al-Ma’un, bersifat universal. Anggotanya ada yang mahasiswa STIKIP, ada mahasiswa universitas lain, ada juga yang orang umum. Hanya saja pelopornya memang dari mahasiswa STIKIP Muhammadiyah Sampit,” tandasnya. (rm-76/ign)