SAMPIT – Rencana pemerintah menyediakan kapal untuk mengangkut mobil ke Mentaya Seberang dinilai akan mendongkrak perekonomian masyarakat di wilayah itu. Warga mendesak agar rencana itu segera direalisasikan agar beban ekonomi berkurang.
”Harusnya segera direalisasikan. Tidak usaha banyak, satu mobil saja sudah mampu membawa banyak barang yang bisa didistribusikan kepada masyarakat setempat,” kata Andre, warga Mentaya Seberang ditemui di Pelabuhan Mentaya, Sampit, (30/8).
Setiap hari, lanjut Andre, masyarakat pergi ke Sampit untuk membeli stok kebutuhan pokok. Sebagian untuk dijual lagi di warung. Kalau ada mobil, distributor bisa langsung mengecer secara menyeluruh. Warga pun tak perlu repot dan merogoh kocek lebih banyak. ”Perbedaan harga Rp 1.000 – Rp 5.000, bahkan bisa lebih karena biaya transport,” ujarnya.
Jainal, pemilik warung sembako di Mentaya Seberang menambahkan, bahan kebutuhan pokok paling banyak diburu warga, seperti beras, gula, dan lainnya. Mereka belanja setiap hari, sehingga ongkos yang dikeluarkan untuk penyeberangan ditambah biaya perjalanan selama berbelanja cukup besar.
Jainal mengaku mengeluarkan biaya tinggi untuk menyewa kapal kecil agar bisa mengangkut banyak barang. Sekali jalan dia menghabiskan biaya sekitar Rp 250 ribu dengan kelotok. Hal itu berimbas pada harga barang yang akan dijualnya pada masyarakat. Beban biaya transport tinggi, harga jual harus menyesuaikan.
”Stok barang kurang dari satu bulan sudah habis. Kalau belanja sedikit pakai motor, tetap saja setiap hari belanja untuk memenuhi kebutuhan lain,” tuturnya.
Jainal mengatakan, kesulitan lainnya adalah pengangkutan hasil bumi masyarakat, seperti karet dan sawit. Apabila mengangkut karet menggunakan motor, bisa beberapa kali jalan, sementara jika pakai mobil bisa sekali angkut dan muatannya lebih banyak.
”Kalau sawit hasilnya hampir dua ton, waktu pengangkutan bisa sampai tiga hari. Kalau pakai mobil, sehari bisa habis. Hasil alam lambat distribusi ke sini, belum lagi kendala air surut,” jelasnya.
Saat ini, KM Mentaya bisa mengangkut sebanyak 30 unit motor dengan penumpang maksimal 80 orang. Biaya jalan untuk umum Rp 5 ribu dan pelajar Rp 2 ribu. Paling ramai angkutan saat pelajar sekolah. Jam operasional dari pukul 06.00 hingga 18.00 WIB, kecuali Rabu dan Sabtu sampai pukul 22-23.00 WIB.
Selain mengharapkan angkutan baru, masyarakat juga meminta jam operasional kapal ditambah. Mengingat aktivitas masyarakat saat malam hari cukup tinggi. ”Penjual sayur biasa kalau malam sewa kelotok kecil, sedangkan masyarakat yang ingin jalan-jalan kasihan, tidak bisa menikmati suasana Sampit malam hari,” tutupnya. (ara/ign)