SAMPIT – Masyarakat Kabupaten Kotim diminta mewaspadai virus zikka. Virus yang disebutkan sudah mencapai wilayah Singapura dan bahkan Indonesia ini menyebar melalui gigitan nyamuk aedes aegepty. Warga diharapkan memberantas sarang nyamuk untuk mencegah penularan virus tersebut.
”Dampak klinis zikka tidak separah cikungunya atau DBD (demam berdarah dengue) karena tingkat mortalitasnya sendiri sangat rendah. Yang kita khawatirkan adalah jika terjangkit pada ibu hamil. Karena virus ini bisa membuat kelainan janin yang membuat bayi mengalami microcephaly,” kata Kepala Dinas Kesehatan Dinkes Kotim Faisal N Cahyanto, Rabu (14/9).
Microchepaly merupakan kondisi bayi yang lahir dengan ukuran kepala kecil serta mengalami cacat otak. Infeksi pertama teridentifikasi di Brazil dan mulai menyebar ke negara-negara tetangga.
Di Kotim, kata Faisal, belum ada laporan mengenai kasus infeksi virus zikka. Tetapi, karena penyebaran virus sama dengan DBD dan chikungunya, yaitu gigitan nyamuk, masyarakat diharapkan tetap waspada dan terus menggiatkan upaya pemberantasan sarang nyamuk.
”Yang terus kita upayakan adalah agar masyarakat tetap komitmen melakukan pemberantasan sarang nyamuk, baik sanitasi maupun lingkungannya. Misalnya dengan terus menggiatkan 3R, tidak menggantung pakaian di sembarang tempat, dan tidak membiarkan lingkungan di mana nyamuk bisa bebas berkembang biak,” ujarnya.
Faisal menambahkan, jika program 3R terus digalakkan, pengasapan atau fogging tidak terlalu diperlukan. Dengan meningkatan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan sanitasi, perkembangbiakkan nyamuk dapat ditekan, sehingga penyebaran virus seperti DBD, chikungunya maupun zikka dapat dicegah.
”Usia nyamuk itu pendek, hanya 100 hari. Jika tidak ada tempat untuk berkembang biak, maka populasinya akan menurun sendiri. Jadi, kita harapkan ada kesadaran masyarakat. Jangan sampai dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat, limbah ekonomi juga ikut menumpuk sehingga menjadi tempat perkembangbiakkan nyamuk,” tandasnya. (sei/ign)