SAMPIT – Jaringan pengedar obat keras, Zenith, membidik daerah pedalaman sebagai pangsa pasar menguntungkan. Obat yang memberi efek mabuk jika dikonsumsi melebihi dosis itu tengah marak di kalangan remaja. Generasi muda di pedalaman dibayangi cengkeraman obat berbahaya tersebut.
Jhoni Abdi, pemuda di Kotim, mengungkapkan, ia menyaksikan sendiri obat itu sudah beredar di pedalaman saat berada di Desa Dahian Tunggal, Kecamatan Pulau Malan, Kabupaten Katingan. Berangkat dari keingintahuannya terkait peredaran Zenith di desa tersebut, obat itu memengaruhi remaja dan pemuda desa.
”Saat kami sekeluarga berkunjung ke rumah mertua di daerah itu, ibu mertua saya menceritakan kegelisahanya akibat maraknya peredaran Zenith. Awalnya saya sempat tidak percaya karena rasanya tidak mungkin obat ’gila’ itu merambah sampai Desa Dahian Tunggal,” tuturnya, Minggu (19/9).
Pria yang menjabat Pelaksanaan Harian (Plh) Ketua Golkar Kotim ini menuturkan, ada kios yang terang-terangan menjual Zenith. Untuk memastikan kios tersebut menjual obat yang masuk daftar G itu, Abdi pura-pura memesan kopi. Benar saja, datang empat remaja yang mengendarai dua sepeda motor langsung parkir depan kios.
”Saya pikir mereka mau beli rokok atau mau beli bensin. Betapa kagetnya saya saat keempat remaja itu langsung bertanya Zenith sekalian minta air putih. Mereka langsung minum obat di hadapan saya. Setelah itu langsung pergi,” ujarnya.
Hampir dua jam Abdi duduk di kios itu, sekitar 50 orang datang silih berganti membeli Zenith. Mereka tanpa malu membeli dan meminum obat yang seharusnya dikonsumsi menggunakan resep dokter itu.
”Ternyata apa yang diceritakan ibu mertua saya benar. Sampai di rumah yang jaraknya hanya sekitar 30 meter, suara kendaraan yang singgah di kios tersebut masih silih berganti datang dan pergi. Saya yakin mereka masih rata-rata remaja, bahkan anak anak,” ujarnya, seraya berharap hal tersebut menjadi perhatian aparat penegak hukum. (ang/ign)