SAMPIT – Penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) kian meluas. Seorang pelajar Madrasah Ibtidayah Negeri (MIN) Mentawa Baru Hulu, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, M Dafa Andika (7), terjangkit DBD dan harus mendapat perawatan di Klinik Terapung, sekitar Taman Kota Sampit.
Menurut Tony (38), paman Dafa, ada empat orang pelajar lainnya yang terjangkit DBD selain keponakannya. ”Sekolahannya sudah di-fogging. Kami tidak tahu keponakan saya ini kena DBD di sekolahan atau di rumahnya, Jalan Baamang Tengah,” katanya, Minggu (2/10).
Tony mengharapkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotim melakukan fogging secara merata di lingkungan rumahnya. Sebab, tidak ada yang tahu kapan DBD akan kembali menyerang warga lainnya.
Terpisah, Kasi Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kotim Roby Indra Wahyudi mengatakan, pihaknya telah dilakukan fogging sekitar lingkungan MIN MB Hulu. ”Kami fokus fogging dari Jalan Tiung 2, Gatot Subroto, hingga MIN MB Hulu,” ujar Roby.
Dia mengaku belum menerima permintaan untuk dilakukan fogging di Jalan Baamang Tengah. ”Biasanya diperiksa terlebih dulu oleh petugas puskesmas. Jika positif dan perlu fogging, biasanya mereka segera lapor ke dinas,” ujarnya.
Roby mengimbau masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di sekitar lingkungan masing-masing untuk mencegah meluasnya penyebaran DBD. ”Fogging hanya alternatif pengendalian terakhir. Kalau negatif atau tidak ada penularan, biasanya cukup larvasidasi dan yang terbaik adalah PSN serta penyuluhan kewaspadaan DBD oleh petugas puskesmas,” katanya.
Apabila terlalu sering dilakukan fogging, pihaknya khawatir resistensi insektisida jika terjadi kasus luar biasa (KLB) DBD, susah dikendalikan. Fogging belum menjamin DBD tidak akan kembali menyerang warga. Semua tergantung kebersihan lingkungan masing-masing.
”Iya, kalau hasil diagnosa DBD sebaiknya dilaporkan di wilayah kerja puskesmas terdekat untuk ditindaklanjuti segera mungkin, agar tidak menular ke warga lain dan waspada melakukan pencegahan,” tuturnya.
Roby menjelaskan, fogging hanya menekan populasi nyamuk dewasa, sedangkan telur dan jentiknya masyarakat yang perlu mewaspadai. Caranya dengan menguras tempat penampungan air dan menutup rapat agar tidak dijadikan sarang nyamuk. Kemudian memusnahkan atau mengubur barang bekas dan sampah padat lainnya yang dapat menampung air jika tidak dimanfaakan lagi.
”Fogging selain mahal, juga kurang efisien dan efektif. Langkah terbaik dengan mengendalikan sumbernya, selain menghindari gigitan nyamuk. Fogging juga merupakan bahan kimia. Jika terakumulasi akan berbahaya bagi tubuh manusia,” pungkasnya. (mir/ign)