SAMPIT – Habitat yang semakin sempit membuat orang utan sering kali merangsek ke permukiman warga. Seperti yang terjadi hulu Sei Lepeh, Mentaya Hilir Utara, Sabtu (15/10) lalu, orang utan mendiami pondokan warga. Meski berulang kali diusir, orang utan tak mau pergi ke dalam hutan.
Menurut Komandan Pos BKSDA Sampit Muriansyah, orang utan ini sering berada di sekitar pondok warga. Telah berkali-kali diusir, tapi tidak mau pergi. Akhirnya binatang yang terancam punah itu ditangkap oleh Rusli di sekitar hulu Sei Lepeh, Sabtu (15/10).
”Mungkin karena lapar atau meminta makan, orang utan ini tidak mau pergi dari situ,” ujar Muriansyah, Senin (17/10).
Lantaran khawatir diserang orang utan, Rusli memutuskan untuk menangkap dan membawa ke desa. Selanjutnya dia melapor ke Polsek Sei Sampit. Polsek Sei Sampit langsung menghubungi BKSDA untuk mengambil satwa dilindungi tersebut dari warga.
Usai menerima informasi tersebut, tim BKSDA Sampit segera menuju lokasi. Saat itu kondisi orang utan yang diketahui berjenis kelamin betina tersebut tampak lesu dan mengalami pembengkakan pada tangan dan kaki kirinya karena ikatan terlalu kencang.
Oleh tim BKSDA Sampit, ikatan tersebut segera dilepaskan dan lukanya langsung dibersihkan, lalu dimasukan ke dalam kandang. ”Kami berterimakasih warga, Polsek Sei Sampit, dan LSM Centre for Orangutan Protection yang telah banyak membantu kami dalam proses serah terima satwa ini,” pungkasnya.
Pada hari itu juga, BKSDA Sampit langsung membawa orang utan tersebut dari Desa Bagendang ke Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II BKSDA yang ada di Pangkalan Bun untuk direhabilitasi sebelum dilepaskan di Suaka Marga Satwa Lamandau. (vit/yit)