SAMPIT – Menjelang akhir tahun ini, sejumlah agenda wisata banyak digelar di Kotim. Selain tradisi Simah Laut yang baru saja digelar Minggu (27/11) kemarin di Pantai Ujung Pandaran, rencananya pada hari Rabu 30 November nanti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Pemkab Kotim akan menggelar tradisi mandi Safar di Sungai Mentaya.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan mandi Safar ini akan dipusatkan di depan dermaga Habaring Hurung, depan komplek patung Jelawat, hingga pelabuhan Sampit yang juga berhadapan dengan Kelurahan Mentaya Seberang, Kecamatan Seranau.
Terkait acara tersebut, Kepala Disbudpar Kotim Fajrurrahman mengajak kepada semua lapisan masyarakat, termasuk para wisatawan yang berkunjung ke Sampit, agar turut serta menceburkan diri ke sungai Mentaya, atau turut menyaksikan tradisi mandi Safar.
”Kegiatan rencananya akan digelar pada tanggal 30 November mulai pukul 12:00 WIB. Semua masyarakat dipersilahkan untuk hadir dan ikut berpartisipasi, kalau perlu sampai penuh dermaga tersebut supaya acaranya meriah,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kotim Fajrurrahman, Minggu (27/11).
Diperkirakan ada ribuan orang peserta yang akan memeriahkan event safar yang sudah menjadi agenda pariwisata tahunan Pemkab Kotim ini. Disbudpar pun telah melakukan berbagai persiapan menjelang penyelenggaraan event ini. Seperti penyedian pelampung dan pembagian daun sawang yang sudah dirajah kepada peserta yang hendak mandi dengan tujuan agar mereka tidak kena bala di dalam air, tapi tentunya itu bagi yang percaya saja.
Selain itu lanjut Fajrurrahman, pihaknya juga akan bekerjasama dengan petugas keamanan yang terdiri dari Dishubkominfo, Polres Kotim , Badan SAR, dan instansi terkait lainnya. Diinformasikannya kegiatan ini juga rencananya akan dihadiri oleh Bupati Kotim H Supian Hadi beserta unsur FKPD dan Kepala SKPD di lingkungan Pemkab Kotim.
”Meskipun begitu, kami tidak menganjurkan warga yang tidak bisa berenang untuk ikut serta, karena walaupun sudah dibagikan pelampung tidak menutup kemungkinan terjadi kecelakaan dan mengakibatkan adanya korban tenggelam. Misalnya pelampung yang dipegangnya terlepas, kan bisa bahaya,” imbuhnya.
Mandi safar dipercaya merupakan tradisi turun temurun masyarakat pesisir yang mendiami sepanjang sungai Mentaya. Dinamakan mandi safar karena kegiatan ini dilakukan pada hari Arba Mustamir atau hari Rabu terakhir pada bulan Safar. Menurut kepercayaan sebagian masyarakat, dengan melakukan mandi tersebut maka akan menyucikan tubuh sekaligus jiwa dari sifat atau watak jahat, dengki, hasut, fitnah atau adu domba dan juga dipercaya bisa menghilangkan sial dari dalam diri seseorang.
Warga yang akan mengikuti mandi safar diharuskan membawa daun sawang yang diikat di leher atau di pinggang. Daun sawang yang digunakan tersebut sebelumnya sudah dirajah oleh alim ulama atau sesepuh adat dengan tujuan agar orang yang mengikuti mandi safar tersebut dapat terjaga keselamatannya dan terhindar dari segala gangguan baik gangguan binatang maupun makhluk halus. (vit/gus)